Cara pemberantasan Acacia nilotica di Savana Bekol Taman Nasional Baluran
View/ Open
Date
1988Author
Ridwan, Ade
Alikodra, Hadi S.
Soedargo, Sumarjono
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif cara pemberantasan tumbuhan Acacia nilotica yang efektif dan efisien, sedangkan penilaiannya dilihat dari segi sosial, ekonomi, ekologis dan teknis. Cara pemberantasan ini harus mudah dikerjakan, murah, tidak mengganggu keseimbangan alam dan dapat memberikan pengaruh yang baik bagi masyarakat di sekitarnya, misalnya dalam hal penyerapan tenaga kerja.
Pada tahun 1969, tumbuhan Acacia nilotica mulai ditanam di Savana Bekol, namun kemudian tanaman yang mulanya dimaksudkan sebagai pencegah penjalaran api dari kawasan savana ke kawasan hutan ini mulai menginvasi ke dalam pa- dang penggembalaan Bekol, sehingga merusak fungsi padang rumput savana sebagai habitat satwa liar (Alikodra, 1986). Tumbuhan Acacia nilotica ini menekan pertumbuhan rumput yang menjadi makanan herbivora liar, selain itu juga mem- berikan suasana yang tidak nyaman bagi satwa liar karena duri-durinya yang panjang dan tajam.
Tumbuhan Acacia nilotica sangat sulit diberantas karena mempunyai daya regenerasi (memulihkan diri jika tubuhnya dilukai atau ditebang/tahan pangkas) dan daya reproduksi (berkembang biak) yang tinggi, sehingga penyebaran dan pertumbuhannya sangat cepat, pada tahun 1981 kera atan- nya 75 batang/ha (Makmur, 1981), pada tahun 1986 kerapatan- nya mencapai 3.337 batang/ha (Santoso, 1986) dan menurut pengamatan pada akhir tahun 1987, kerapatan tumbuhan ini telah mencapai 5.369 batang/ha. Karena pertumbuhannya sa- ngat cepat dan menekan pertumbuhan rumput makanan herbivora liar, maka tumbuhan ini harus segera diberantas.
Usaha penanggulangan tumbuhan Acacia nilotica ini telah dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan penebangan batang, peneresan dengan melaburkan minyak solar pada luka teresan dan memasukkan cairan herbisida ke dalam batang Acacia nilotica (Alikodra, et al, 1986). Puslitbang Kehutanan mencoba membasmi tumbuhan ini dengan bahan kimia jenis herbisida sistemik yang bersifat hormon (indamin 720 HC dan 2.4-D Dinitrophenol) yang dimasukkan ke dalam lubang (dibor) setinggi dada dengan kemiringan 45° (Santoso, 1986) selain itu juga dilakukan penebangan sebatas tanah kemudian tunggaknya dilaburi solar atau minyak tanah…dst