Show simple item record

dc.contributor.advisorSinaga, Meity Suradji
dc.contributor.advisorYuliani, Titiek Siti
dc.contributor.authorRohiyatna, Yayat
dc.date.accessioned2024-02-27T01:19:43Z
dc.date.available2024-02-27T01:19:43Z
dc.date.issued1994
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/140006
dc.description.abstractTujuan penelitian ini adalah melihat hubungan antara hasil pengujian benih di laboratorium dengan persentase tanaman yang terserang dan persentase penurunan hasil yang disebabkan oleh C. dematium di lapangan, serta persentase infeksi benih yang dihasilkannya. Penelitian dilaksanakan di halaman dan di Laborato- rium Cendawan Patogen Tumbuhan, IPB yang dimulai pada bulan Desember 1993 sampai dengan bulan Mei 1994. Bahan dan alat yang digunakan adalah benih kedelai varietas Wilis yang berasal dari tiga daerah yang berbeda dan BPSB, tanah yang disterilkan, polibag, pupuk, kertas merang steril, kantong plastik, baki plastik, NaOCl 1%, aquades, mikros- kop dan ruang inkubasi. Metode percobaan yang dilakukan meliputi percobaan pendahuluan, penanaman benih pada tanah. yang disterilkan, pemotongan kecambah dan pengujian infeksi C. dematium pada benih yang dihasilkannya. Penghitungan polong terinfeksi, produksi dan komponen produksi menggunakan rancangan percobaan acak lengkap. Dari percobaan pendahuluan diketahui bahwa tingkat infeksi benih yang berasal dari Bogor memilikki tingkat infeksi C. dematium paling tinggi (26%), kemudian diikuti oleh Jawa Tengah (16%), Jawa Timur (7%) dan BPSB (1%). Penanaman benih pada tanah yang disterilkan menunjuk- kan bahwa persentase kematian benih lebih tinggi dari pada persentase kematian kecambah. Persentase kotiledon yang terserang C. dematium dua minggu setelah tanam terdapat adanya kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat infeksi benih asal, serangannya akan semakin tinggi pula. Hasil inkubasi pemotongan bagian-bagian tanaman pada 1 cm di bawah kotiledon, 1 cm di atas kotiledon dan 1 cm dari pangkal pucuk tanaman, yang menunjukkan gejala paling sedikit yaitu pemotongan 1 cm dari pangkal pucuk. Hal ini disebabkan karena perbedaan lokasi patogen tersebut di dalam benih. Tingkat infeksi benih yang digunakan akan mempengaruhi persentase polong yang terinfeksi, produksi dan komponen produksi serta tingkat infeksi benih yang dihasilkan. ...id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleEvaluasi berbagai varietas kedelai (Glicine max (L) Merrill) terhadap penyakit antraknosa (Colletotrichum truncatum (Schw) Andrus and W. D. Moore)id
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record