Studi perkembangan ekspor sebagai hasil perkayuan (kayu bulat, kayu gergajian, kertas kayu lapis, veneer, particle board) tahun 1976-1986
View/Open
Date
1990Author
Jarot W. Antonius
Haeruman, Herman
Mashar, Chamim
Metadata
Show full item recordAbstract
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan ekspor kayu industri pada periode 1976-1986 yang meliputi: mengetahui perkembangan ekspor kayu bulat kayu gergajian, kayu lapis, veneer, kertas, partikel- board, berdasarkan negara tujuan ekspor dan harga persatuan produk dan mencoba meramalkan jumlah volume ekspor untuk jangka waktu lima (5) tahun.
Metode penelitian yang digunakan dalam pengolahan data adalah metode Trend Kwadrat Terkecil dan Trend Pabola. Dari data hasil penelitian dilakukan analisa ter- hadap faktor-faktor yang mempengaruhi, pendapatan devisa yang dihasilkan, negara-negara pengimpor, jenis kayu yang lebih disukai.
Hasil penelitian menunjukan, bahwa ekspor kayu bulat sejak tahun 1980 mengalami penurunan, yang cukup pesat hingga tahun 1985 ekspor dihentikan, penghentian ekspor kayu bulat ini berkaitan dengan adanya kebijakan pemerintah yang dikenal dengan SKBTM tahun 1980 dan SKBED tahun 1981. Negara yang paling banyak mengimpor adalah: Jepang, Korea Utara, Taiwan; sedangkan jenis kayu yang paling banyak dijual adalah: Meranthi, Kapur, Ramin, Pulai, Jati, Eboni, Agathis. Sedangkan nilai devisa yang terbesar adalah 1.559.303.938 US dengan volume ekspor sebesar 14.583.369 Cu M.
Ekspor kayu gergajian pada periode 1976-1986 mengalami perkembangan yang cukup pesat, baik dari jumlah volume ekspor maupun dari jumlah negara tujuan. Tahun 1976 negara tujuan hanya berjumlah 9 negara dan tahun 1978 menjadi 19 negara, tahun 1986 meningkat lagi men- jadi kurang lebih 30 negara. Volume ekspor pada tahun 1976 sebesar 643.925 Cu M dengan nilai devisa sebesar 52.468.240 US ,volumeekspordannilaidevisayangdihasilkannyaterusmeningkathinggatahun1986menca−pai2.353.464CuMdengandevisayangdihasilkansebesar438.965.708US. Jenis kayu yang terbanyak dijual adalah: Ramin, Meranti, Jati, sedangkan negara yang terbesar mengimpor adalah: Italia, Hongkong, Singapura, Jepang, Taiwan.
Ekspor kayu lapis periode 1976-1986 mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan, perkembangan ini bukan saja dari jumlah volume ekspornya namun juga dari jumlah negara tujuannya. Pada tahun 1976 jumlah negara tujuan sebanyak 7 negara dan pada tahun 1986 mencapai 15 negara, sedangkan volume ekspor meningkat dari 8348,5 Cu M menjadi 4.209.692 Cu M, devisa negara yang dihasilkan juga meningkat dari 914.869 USmenjadisebesar1.003.521.773US. Jenis kayu yang paling banyak di- ekspor adalah: Ramin, Jati, Pulai. Sedangkan negara yang terbesar dalam mengimpor kayu lapis dari Indonesia adalah: Singapura, Hongkong, Taiwan, USA…dst Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan ekspor kayu industri pada periode 1976-1986 yang meliputi: mengetahui perkembangan ekspor kayu bulat kayu gergajian, kayu lapis, veneer, kertas, partikel- board, berdasarkan negara tujuan ekspor dan harga persatuan produk dan mencoba meramalkan jumlah volume ekspor untuk jangka waktu lima (5) tahun.
Metode penelitian yang digunakan dalam pengolahan data adalah metode Trend Kwadrat Terkecil dan Trend Pabola. Dari data hasil penelitian dilakukan analisa ter- hadap faktor-faktor yang mempengaruhi, pendapatan devisa yang dihasilkan, negara-negara pengimpor, jenis kayu yang lebih disukai.
Hasil penelitian menunjukan, bahwa ekspor kayu bulat sejak tahun 1980 mengalami penurunan, yang cukup pesat hingga tahun 1985 ekspor dihentikan, penghentian ekspor kayu bulat ini berkaitan dengan adanya kebijakan pemerintah yang dikenal dengan SKBTM tahun 1980 dan SKBED tahun 1981. Negara yang paling banyak mengimpor adalah: Jepang, Korea Utara, Taiwan; sedangkan jenis kayu yang paling banyak dijual adalah: Meranthi, Kapur, Ramin, Pulai, Jati, Eboni, Agathis. Sedangkan nilai devisa yang terbesar adalah 1.559.303.938 US dengan volume ekspor sebesar 14.583.369 Cu M.
Ekspor kayu gergajian pada periode 1976-1986 mengalami perkembangan yang cukup pesat, baik dari jumlah volume ekspor maupun dari jumlah negara tujuan. Tahun 1976 negara tujuan hanya berjumlah 9 negara dan tahun 1978 menjadi 19 negara, tahun 1986 meningkat lagi men- jadi kurang lebih 30 negara. Volume ekspor pada tahun 1976 sebesar 643.925 Cu M dengan nilai devisa sebesar 52.468.240 US ,volumeekspordannilaidevisayangdihasilkannyaterusmeningkathinggatahun1986menca−pai2.353.464CuMdengandevisayangdihasilkansebesar438.965.708US. Jenis kayu yang terbanyak dijual adalah: Ramin, Meranti, Jati, sedangkan negara yang terbesar mengimpor adalah: Italia, Hongkong, Singapura, Jepang, Taiwan.
Ekspor kayu lapis periode 1976-1986 mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan, perkembangan ini bukan saja dari jumlah volume ekspornya namun juga dari jumlah negara tujuannya. Pada tahun 1976 jumlah negara tujuan sebanyak 7 negara dan pada tahun 1986 mencapai 15 negara, sedangkan volume ekspor meningkat dari 8348,5 Cu M menjadi 4.209.692 Cu M, devisa negara yang dihasilkan juga meningkat dari 914.869 USmenjadisebesar1.003.521.773US. Jenis kayu yang paling banyak di- ekspor adalah: Ramin, Jati, Pulai. Sedangkan negara yang terbesar dalam mengimpor kayu lapis dari Indonesia adalah: Singapura, Hongkong, Taiwan, USA…dst Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan ekspor kayu industri pada periode 1976-1986 yang meliputi: mengetahui perkembangan ekspor kayu bulat kayu gergajian, kayu lapis, veneer, kertas, partikel- board, berdasarkan negara tujuan ekspor dan harga persatuan produk dan mencoba meramalkan jumlah volume ekspor untuk jangka waktu lima (5) tahun.
Metode penelitian yang digunakan dalam pengolahan data adalah metode Trend Kwadrat Terkecil dan Trend Pabola. Dari data hasil penelitian dilakukan analisa ter- hadap faktor-faktor yang mempengaruhi, pendapatan devisa yang dihasilkan, negara-negara pengimpor, jenis kayu yang lebih disukai.
Hasil penelitian menunjukan, bahwa ekspor kayu bulat sejak tahun 1980 mengalami penurunan, yang cukup pesat hingga tahun 1985 ekspor dihentikan, penghentian ekspor kayu bulat ini berkaitan dengan adanya kebijakan pemerintah yang dikenal dengan SKBTM tahun 1980 dan SKBED tahun 1981. Negara yang paling banyak mengimpor adalah: Jepang, Korea Utara, Taiwan; sedangkan jenis kayu yang paling banyak dijual adalah: Meranthi, Kapur, Ramin, Pulai, Jati, Eboni, Agathis. Sedangkan nilai devisa yang terbesar adalah 1.559.303.938 US dengan volume ekspor sebesar 14.583.369 Cu M.
Ekspor kayu gergajian pada periode 1976-1986 mengalami perkembangan yang cukup pesat, baik dari jumlah volume ekspor maupun dari jumlah negara tujuan. Tahun 1976 negara tujuan hanya berjumlah 9 negara dan tahun 1978 menjadi 19 negara, tahun 1986 meningkat lagi men- jadi kurang lebih 30 negara. Volume ekspor pada tahun 1976 sebesar 643.925 Cu M dengan nilai devisa sebesar 52.468.240 US ,volumeekspordannilaidevisayangdihasilkannyaterusmeningkathinggatahun1986menca−pai2.353.464CuMdengandevisayangdihasilkansebesar438.965.708US. Jenis kayu yang terbanyak dijual adalah: Ramin, Meranti, Jati, sedangkan negara yang terbesar mengimpor adalah: Italia, Hongkong, Singapura, Jepang, Taiwan…dst
Collections
- UT - Forest Management [3095]