dc.description.abstract | Pulau Kelapa Dua Kepulauan Seribu, DKI Jakarta merupakan wilayah di
Indonesia yang memiliki potensi produksi sebagai sentra ikan kerapu nasional.
Usaha pembesaran ikan kerapu di karamba jaring apung (KJA) dilakukan tahun
2000 – an hingga sekarang. Jenis yang dibudidaya mencakup ikan kerapu macan
dan dua jenis kerapu hasil persilangan (hybrid) yaitu ikan kerapu cantang dan ikan
kerapu cantik dengan sistem karamba jaring apung (KJA). Tujuan umum
penelitian ini adalah mengevaluasi status kesehatan ikan kerapu cantang
Epinephelus sp. dalam (KJA) di perairan Pulau Kelapa Dua, Kepulauan Seribu.
Penelitian berlangsung selama 1 (satu) tahun yaitu pada bulan Februari 2021
sampai Januari 2022
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, tahap pertama bertujuan untuk
mengevaluasi dinamika kualitas air yaitu fisika, kimia dan biologi perairan dalam
KJA di perairan Pulau Kelapa Dua. Metode pengambilan contoh air dilakukan
secara komposite sampling. Hasil pengukuran fisika air sebagai berikut: suhu 28–
32oC; kecerahan 6–7 m; kedalaman 9–16 m; kecepatan arus 10,2–27,1 m/detik;
gelombang 0,2–0,26 m dan curah hujan teramati pada Desember, Januari,
Februari, Maret, Agustus dan Oktober. Hasil pengukuran kimia air sebagai
berikut: salinitas 31–34 ppt; oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO) 5,6–7,2 mg/l;
pH 7,0–8,3; TTS 4,0–5,5 mg/l; total suspended solid (TDS) 25–36 mg/l dan
Amoniak 0,00–0,03 mg/l. Hasil pengukuran biologi air sebagai berikut:
kelimpahan fitoplankton yaitu Bacillariophyceae 12 – 98 %; Cynophyceae 31–87
% dan Dinophyceae 1–10%. Sedangkan kelimpahan zooplankton yaitu Bivalvia
3–10%; Ciliata 3–33%; Gastropoda 6–32%; Malacostraca 53–97% dan
Urochordata 3–10%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
kondisi dinamika fisika, kimia dan biologi air pada KJA di perairan Pulau Kelapa
Dua memiliki kelayakan terhadap keberlangsungan budidaya ikan kerapu cantang
Epinephelus sp. Curah hujan terjadi pada Februari, Maret, Agustus, Oktober,
Desember dan Januari.
Penelitian tahap kedua bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri Vibrio spp.
dan mendeteksi virus VNN pada ikan budidaya dalam sistem KJA dan ikan liar di
sekitar KJA di perairan Pulau Kelapa Dua. Pengambilan sampel dilakukan
sebulan sekali terdiri dari 5 ikan kerapu cantang dan 5 ikan liar. Isolasi dan
identifikasi bakteri Vibrio spp. dilakukan dari organ target hati dan ginjal,
sedangkan deteksi virus VNN dilakukan pada organ target otak dan mata. Jumlah
total bakteri pada ikan kerapu cantang tertinggi teramati pada bulan Agustus dan
terendah pada April, sedangkan pada ikan liar tertinggi teramati pada Oktober dan
terendah pada Maret. Jumlah total Vibrio spp. pada ikan kerapu cantang tertinggi
teramati pada Agustus dan terendah pada Februari, sedangkan pada ikan liar
tertinggi teramati pada Februari dan terendah pada Maret. Jenis bakteri yang
terkonfirmasi ditemukan adalah Vibrio alginolyticus, V. parahaemolyticus, dan V.
vulnificus. Virus VNN terdeteksi pada ikan kerapu cantang yang berkisar antara
60–80% teramati pada bulan Februari, Maret dan April, sedangkan pada ikan liar
terdeteksi virus VNN mencapai 60% teramati pada Maret dan November.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bakteri Vibrio spp. dan
virus VNN ditemukan pada ikan kerapu cantang dan ikan liar yang
mengindikasikan terjadi perpindahan penyakit dari ikan kerapu cantang ke ikan
liar atau sebaliknya.
Penelitian tahap ketiga bertujuan untuk menganalisis status kesehatan ikan
kerapu cantang dalam sistem KJA di perairan Pulau Kelapa Dua. Sampel ikan
diambil dari KJA, sebanyak 5 ekor dengan ukuran berdasarkan pertumbuhan ikan
setiap bulan selama 12 bulan. Ikan dianalisis gambaran darahnya mencakup total
eritrosit, total leukosit, kadar hemoglobin, kadar hematokrit, aktivitas fagositosis
dan aktivitas Lisozim serta pemeriksaan histopatologi. Hasil pengamatan
menunjukkan ikan kerapu cantang memiliki rata – rata eritrosit 2,8 x 106 sel/mm3,
leukosit 4,76 x 104 sel/mm3, hemoglobin 7,91% g, hematokrit 18,26%, aktivitas
fagositosis 46,08% dan aktivitas lisozim 58,37 unit/l. Hasil histopalogi
menunjukkan kelainan pada hati yaitu nekrosis (kematian jaringan) dan
vakuolisasi, sementara itu ginjal mengalami kongesti (pembendungan pembuluh
darah) dan nekrosis. Simpulan penelitian ini adalah ikan kerapu cantang tidak
sehat karena kadar hemoglobin, kadar hematokrit, aktivitas fagositotis, dan
aktivitas lisozim di luar batas normal ikan sehat, organ hati mengalami perubahan
pada sel nekrosis dan vakuolisasi sedangkan ginjal mengalami kongesti dan
nekrosis.
Keseluruhan dari rangkaian hasil penelitian ini memperlihatkan status
kesehatan ikan kerapu cantang dalam KJA di perairan Pulau Kelapa Dua,
Kepulauan Seribu dapat disimpulkan bahwa kondisi dinamika kualitas air
lingkungan perairan memiliki kelayakan Epinephelus sp. untuk keberlangsungan
budidaya ikan kerapu cantang, keberadaan bakteri Vibrio spp. dan deteksi virus
VNN dapat ditemukan pada ikan kerapu cantang dan ikan liar dan memiliki pola
infeksi yang sama di perairan tersebut mengindikasikan terjadi perpindahan
penyakit dari ikan budidaya ke ikan liar atau sebaliknya, ikan kerapu cantang
tidak sehat karena kadar hemoglobin, kadar hematokrit, aktivitas fagositosis dan
aktivitas lisozim di luar batas normal ikan sehat. Histopatologi ikan mengalami
kelainan pada hati yaitu nekrosis dan vakuolisasi, sedangkan ginjal mengalami
kongesti dan nekrosis. Untuk menentukan pengembangan budidaya ikan kerapu
cantang pada KJA di perairan Pulau Kelapa Dua Kepulauan Seribu yakni
rekomendasi pengembangan budidaya ikan kerapu cantang secara keberlanjutan
(sustainability) berdasarkan hasil kajian dinamika kualitas air seperti fisika, kimia
dan biologi air memiliki kelayakan untuk budidaya ikan kerapu cantang, sistem
pencegahan dan pengobatan (biosecurity) berdasarkan hasil kajian keberadaan
penyakit ikan dan status kesehatan ikan. Untuk ukuran benih ikan kerapu cantang
4 – 5 cm tidak di tebar pada Desember, Januari, Februari dan Maret. Sebaiknya di
tebar ukuran pendederan dengan ukuran 10 – 13 cm pada bulan – bulan tersebut. | id |