Manajemen Jasa Lanskap Agroforestri pada Ruang Terbuka Hijau dan Biru sebagai Perwujudan Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan
Abstract
Manajemen jasa lanskap agroforestri (agroforestry landscape services) dalam mempercepat perwujudan lanskap
rendah karbon (low carbon landscape) menjadi urgen untuk segera diimplementasikan kepada mitra pengguna,
mengingat berbagai permasalahan yang masih kerap terjadi, terutama pada bidang pangan dan pertanian.
Manajemen jejaring lanskap agroforestri (LAF) atau agroforestry landscape network dalam bentuk Ruang
Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka Biru (RTB) harus dikembangkan secara berkelanjutan dan berpihak
kepada pengguna. Model LAF mampu memberikan solusi pada 3 (tiga) urgensi: 1) menyediakan jasa lanskap
secara berkelanjutan, 2) memberikan penghasilan dan nutrisi tambahan bagi masyarakat, dan 3) meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Tahun I (Tahun 2023): menyediakan empat jasa lanskap RTH dan RTB, yakni 1) konservasi keanekaragaman
hayati, 2) kandungan karbon tersimpan, 3) kualitas dan manajemen sumber daya air, dan 4) pemanfaatan
keindahan lanskap (landscape beautification). Penelitian ini memberikan kontribusi dalam meningkatkan
kerjasama antar stakeholders Academician – Businessman – Government – Community and Mass Media
(ABGCM) dalam mengatasi masalah pembangunan yang bersifat multidisiplin, yakni dengan memberikan
manfaat yang aplikatif dan spesifik lokasi. Pendekatan ekologis diarahkan pada satuan unit daerah aliran sungai
(DAS), yakni DAS Ciliwung, Cisadane, Cimandiri dan Cibuni. Sehingga target luaran: 1) pemetaan jasa lanskap
pada LAF empat DAS, 2) model manajemen LAF ideal dan bermanfaat dan berkelanjutan bagi mitra pengguna,
3) rekayasa sosial manajemen LAF bagi masyarakat, dan 4) publikasi ilmiah dalam jurnal internasional dan
prosiding seminar.
Lanskap Agroforestri (LAF) telah diadopsi secara luas pada daerah tropis dan subtropis di dunia, sebagai salah
satu sistim penggunaan lahan yang menyediakan beberapa jasa lanskap. Hal tersebut karena sistim agroforestri
menggabungkan penyediaan produk pertanian dan kehutanan dengan output non- komoditas, seperti pengatur
iklim (mikro), pengaturan tata air dan tanah, rekreasi, estetika, dan nilai-nilai warisan budaya [1]. Karakter utama
LAF adalah kombinasi antara pohon/semak dengan tanaman pertanian atau peternakan, dengan petani/pengelola
lahan yang memainkan peran kunci manajemen. Pemilihan jenis dan kombinasi vegetasi yang tepat dalam sistim
agroforestri, akan menghasilkan sistim yang multi-fungsi. Beberapa penggunaan/utilitas dari pohon dari sistem
agroforestri, yaitu untuk bahan bakar, kayu, buah, pakan ternak, pupuk, obat dan tanaman hias [2]. Selain itu,
penggunaan berbagai jenis dan kombinasi vegetasi yang multi-strata pada sistem agroforestri, juga akan
berdampak pada peningkatan serapan karbon, biodiversitas, kuantitas dan kualitas air tanah, mencegah perluasan
salinitas tanah, dan menambah keindahan lanskap [3]. Jasa ekosistem yang dimediasi oleh pratik agroforestri
secara global, tidak hanya bermanfaat untuk petani dan pemilik tanah, tetapi juga untuk masyarakat luas [4]. Jasa
LAF seperti sistem pertanaman terpadu, diidentifikasi bermanfaat dalam hal peningkatan penyerapan karbon,
meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan keanekaragaman hayati dan meningkatkan produktivitas secara
keseluruhan di lahan marginal [5, 6, 7, 8]. ...
Collections
- Research Report [232]