Show simple item record

dc.contributor.advisorEriyatno
dc.contributor.advisorFauzi, Anas Miftah
dc.contributor.authorAfriyudianto
dc.date.accessioned2024-02-12T07:03:34Z
dc.date.available2024-02-12T07:03:34Z
dc.date.issued2000
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/138241
dc.description.abstractMasalah gizi yang utama di Indonesia adalah Kurang Kalori Protein (KKP), kekurangan vitamin A, kekurangan zat besi, dan kekurangan yodium. Dari keempat masalah gizi tersebut, KKP merupakan masalah terpenting karena luasnya penyebaran dan besarnya implikasi bagi ketahanan pangan nasional dan pembangunan generasi mendatang. Salah satu penyebab KKP pada balita di Indonesia adalah karena rendahnya daya beli masyarakat terhadap makanan balita bermutu yang dijual di pasar. Penyediaan makanan balita bermutu dengan harga murah adalah suatu langkah pencegahan dari bertambahnya balita penderita KKP. Tepung instan sebagai makanan pendamping ASI dengan kandungan energi 438 kal, protein 17,29 gram, lemak 14,28 gram, karbohidrat 60,15 gram, karoten 2372 ug, dan vitamin A 3020 IU berharga murah dapat diproduksi oleh industri kecil dari bahan baku lokal. Di Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor (April 2000) terdapat 5.441 anak berusia 1 - 4 tahun, sehingga total kebutuhan makanan pendamping ASI di Kecamatan Darmaga sebanyak 396.104,8 kg setiap tahun. Industri tepung instan direncanakan berproduksi 10.920 kg dengan harga jual Rp 24.000 per kg. Dana investasi pendirian industri kecil komoditi tepung instan sebagai makanan pendamping ASI diperkirakan sebesar Rp 242.687.720. Perbandingan antara modal pinjaman dan modal sendiri (DER) terdiri dari tiga skenario, yaitu 50:50, 60:40, dan 70:30 untuk pihak bank dan pihak pengelola. Hasil analisa keuangan menunjukkan bahwa skenario pembiayaan DER 50:50 dengan sistim bagi hasil menghasilkan kriteria investasi yang lebih baik dibandingkan DER 60:40 dan DER 70:30, yaitu dengan nilai B/C 2,67 dan waktu pengembalian modal 4,36 tahun. Hasil analisa sensitivitas menunjukkan bahwa proyek tidak merugi pada penurunan harga jual 10% atau kenaikan biaya variabel 10%, namun proyek proyek akan merugi jika kenaikan biaya variabel melebihi 66% atau penurunan harga jual melebihi 27%. Pada harga jual turun 10% diperoleh nilai B/C sebesar 2,12 dan masa pengembalian modal 5,66 tahun. Hasil penghitungan pada kenaikan biaya variabel 10% menunjukkan masa pengembalian modal 4,79 tahun dan nilai B/C adalah 2,45. ...id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePerencanaan paket agroindustri kecil komoditi instan sebagai makanan bayi di kabupaten Bogorid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record