Uji daya hasil dua klon ubijalar, Ipomoea batatas (L.) Lam pada sistem tumpang sari dengan jagung, Zea mays L.
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hasil ubijalar klon CIP-1 dan CIP-6 yang ditanam tumpang sari dengan jagung. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan IPB Sawah Baru pada bulan Desember 2004 sampai April 2005.
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan dua faktor. Faktor pertama adalah klon ubijalar yaitu CIP-1 dan CIP-6, faktor ke dua adalah sistem penanaman yaitu tumpang sari dan monokultur.
Bahan yang digunakan adalah stek ubijalar dengan panjang 25 cm dan benih jagung varietas Arjuna. Kedua tanaman ditanam pada guludan setinggi 20 cm. Ubijalar ditanam mendatar dengan 2/3 panjang stek masuk ke tanah dan jarak tanam 100 cm x 25 cm. Jarak tanam jagung adalah 100 cm x 12.5 cm dengan jumlah benih satu butir per lubang. Pemupukan ubijalar dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam diberikan seluruh dosis urea, SP-36 dan 3 dosis KCl, kemudian pada 7 MST diberikan sisa KCI. Untuk jagung 2/, dosis urea, seluruh dosis SP-36 dan KCl diberikan pada saat tanam. Pada umur 4 MST diberikan sisa pupuk urea.
Hasil penelitian menunjukkan sistem tumpang sari menurunkan daya hasil kedua klon ubijalar, akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jagung. Ubijalar klon CIP-1 mengalami penurunan produksi yang lebih rendah daripada klon. CIP-6 akibat perubahan dari monokultur ke tumpang sari. Akan tetapi, ditinjau dari jumlah umbi total dan umbi dapat dipasarkan (utuh dan berbobot 150 gram) serta bobot umbi total dan umbi dapat dipasarkan, klon CIP-6 memiliki daya hasil yang lebih tinggi dari CIP-1 pada sistem tanam.
Ubijalar klon CIP-6 memiliki daya hasil yang lebih tinggi bila ditanam secara tumpang sari (5.973 ton/ha) maupun monokultur (14.186 ton/ha), dibandingkan klon CIP-1 dalam tumpang sari (3.186 ton/ha) dan monokultur (4 ton/ha). Ubijalar klon CIP-6 mampu berproduksi tinggi dalam tumpang sari dengan jagung, walaupun klon ini kurang toleran terhadap naungan jagung.