Potensi Pengembangan Sawah Berbasis Daya Dukung untuk Mendukung Kemandirian Pangan di Provinsi Kalimantan Utara
Abstract
Jumlah penduduk Indonesia tahun 2019 mencapai 268 juta jiwa dengan
pertumbuhan rata-rata 1,31% per tahun selama periode 2010-2019, berdampak pada
perkembangan wilayah. Pemekaran Provinsi Kalimantan Utara pada 2012
menghasilkan percepatan pembangunan, namun pertumbuhan ekonomi pesat juga
mengancam luas lahan pertanian. Program ketahanan pangan menjadi fokus dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sebagai kontribusi terhadap
tujuan pembangunan berkelanjutan "Zero Hunger". Pemerintah Provinsi
Kalimantan Utara berupaya meningkatkan produksi padi melalui praktik pertanian
tangguh dan penetapan wilayah pertanian berkelanjutan, dihadapkan pada
penurunan produksi beras dan lonjakan kebutuhan lahan akibat alih fungsi.
Pendekatan ekonomi, sosial, dan lingkungan diintegrasikan dalam pengembangan
pertanian berkelanjutan, dengan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi lahan sawah,
serta perhatian terhadap aspek lingkungan dalam pengambilan keputusan. Tujuan
utamanya adalah memastikan ketersediaan pangan yang memadai dan mendukung
pertumbuhan berkelanjutan.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengenali potensi lahan yang sesuai
untuk pengembangan lahan sawah, dengan mempertimbangkan sejumlah faktor
seperti status tanah, izin, pemanfaatan lahan, dan rencana tata ruang wilayah,
dengan akhirnya mewujudkan kemandirian pangan. Pendekatan analisis kesesuaian
lahan sawah menggunakan model distribusi spesies, dengan menggunakan data
lokasi spesies dan variabel lingkungan yang relevan. Penelitian ini melibatkan
kedua jenis lahan sawah, yaitu sawah basah dan sawah kering (sawah tadah hujan),
serta melakukan penilaian ketersediaan lahan dan merencanakan skenario
perkembangan lahan sawah berdasarkan kriteria perkembangan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu, tujuan utama penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi lahan yang cocok untuk pengembangan lahan sawah, dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan, regulasi, dan perencanaan wilayah
yang relevan.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan respons algoritma terhadap variabel
prediktor dalam distribusi spesies padi di Provinsi Kalimantan Utara, dengan
kehadiran padi dipengaruhi oleh variabel jarak dari infrastruktur dan indeks
vegetasi (NDVI) dalam model ensemble. Model Random Forest (RF) memiliki
kinerja lebih baik daripada model lain, namun model ensemble juga menunjukkan
kinerja yang mendekati RF. Potensi pengembangan lahan sawah di Provinsi
Kalimantan Utara diungkapkan melalui analisis diagram pohon keputusan,
mengidentifikasi dua jenis lahan yang berpotensi menjadi lahan sawah. Wilayah
pertama, seluas 206.963 ha (2,99% dari total area), berpotensi menjadi lahan sawah
dengan pertimbangan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Wilayah
kedua, seluas 50.072 ha (0,72% dari total area), berpotensi menjadi lahan sawah
namun saat ini berstatus kawasan hutan, sehingga membutuhkan izin atau
perubahan status sesuai peraturan kehutanan. Status ketersediaan pangan sendiri di
Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2015 mencapai angka daya dukung 1,34,
tetapi terjadi penurunan menjadi di bawah 1 dari 2016 hingga 2020,
mengindikasikan kegagalan mencapai swasembada beras karena menurunnya
produksi padi. Proyeksi pertumbuhan produksi padi yang semakin merosot
berdampak pada daya dukung yang diproyeksikan pada tahun 2037 menjadi hanya
0,28 atau kategori III. Hasil analisis tiga skenario simulasi pengembangan lahan
sawah menunjukkan skenario Optimis berpotensi menghasilkan surplus produksi
beras pada 2037, menggarisbawahi perlunya revisi pada Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) guna mendukung pengembangan lahan sawah serta perlindungan
lahan pertanian berkelanjutan (LP2B) bagi para petani.