Show simple item record

dc.contributor.advisorKhumaida, Nurul
dc.contributor.advisorDwi Guntoro
dc.contributor.authorEkalianna, Riedha
dc.date.accessioned2024-01-29T01:52:08Z
dc.date.available2024-01-29T01:52:08Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/136438
dc.description.abstractPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari metode uji cepat seleksi ketahanan tanaman kedelai terhadap kondisi cekaman intensitas cahaya rendah dengan menggunakan inhibitor plastida linkomisin melalui pengamatan fenotipe, analisis klorofil dan protein total melalui pendekatan analisis nitrogen total. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2004 sampai dengan Maret 2005. Percobaan disusun dalam rancangan petak-petak terbagi (split-split plot) dengan tiga ulangan. Pengulturan benih kedelai dilakukan pada dua kondisi kultur, yaitu kultur in vitro dan kultur in vivo. Cahaya (1) sebagai petak utama terdiri atas dua taraf, yaitu kondisi intensitas cahaya rendah (800 lux) (LL) dan kondisi cahaya gelap (D). Genotipe kedelai sebagai anak petak terdiri dari dua genotipe, yaitu Ceneng (tenggang) (G₁) dan Godek (peka) (G2) untuk kultur in vitro serta Pangrango (tenggang) (G3) dan Slamet (peka) (G4) untuk kultur in vivo. Inhibitor linkomisin (L) sebagai anak petak terdiri atas tiga taraf, yaitu 0.0 mM (Lo), 0.5 mM (Lo.s) dan 5.0 mM (L5.0). Dengan demikian terdapat enam belas kombinasi perlakuan untuk masing-masing kultur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kultur in vitro, panjang hipokotil genotipe Ceneng pada linkomisin 5.0 mM dalam kondisi intensitas cahaya rendah dan gelap total menunjukkan gejala pertumbuhan fotomorfogenesis, sedangkan genotipe Godek (peka) menunjukkan gejala pertumbuhan skotomorfogenesis. Panjang hipokotil terpendek, 0.49 cm pada genotipe Ceneng (tenggang). Pertumbuhan panjang akar genotipe Ceneng (tenggang) dan Godek (peka) tertekan pada aplikasi linkomisin 5.0 mM. Pada kultur in vivo, genotipe Pangrango memiliki pertumbuhan panjang hipokotil dan panjang akar yang berbeda dengan genotipe Slamet. Genotipe Pangrango menunjukkan gejala pertumbuhan fotomorfogenesis, sedangkan genotipe Slamet menunjukkan gejala pertumbuhan skotomorfogenesis. Selain itu, aplikasi linkomisin 0.5 dan 5.0 mM menurunkan rasio klorofil a/b genotipe Pangrango dan Slamet, namun rasio klorofil a/b genotipe Pangrango lebih rendah dibandingkan genotipe Slamet. Pada kultur in vitro, rasio klorofil a/b genotipe Ceneng dan Godek meningkat dalam kondisi intensitas cahaya rendah dan gelap total. Berdasarkan peubah panjang hipokotil dan panjang akar pada genotipe Ceneng dan Godek (kultur in vitro) serta genotipe Pangrango dan Slamet (kultur in vivo) maka aplikasi linkomisin 5.0 mM dapat digunakan untuk melihat adaptasi kedelai pada intensitas cahaya rendah.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcKedelaiid
dc.titleUji cepat ketahanan tanaman kedelai(Glycine max (L.). Merrill) terhadap intensitas cahaya rendah dengan inhibitor plastida linkomisinid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record