Rekayasa Proses Produk Buah Nyamplung Melalui Ekstraksi dan Transformasi Secara Komprehensif
Date
2024Author
Amelia, Okta
Sailah, Illah
Kartika, Ika Amalia
Suparno, Ono
Bindar, Yazid
Metadata
Show full item recordAbstract
Kebutuhan akan material maju memiliki tingkat signifikan, dengan beberapa
sektor utama yang diidentifikasi mencakup bidang kesehatan, farmasi, energi, dan
pangan. Potensi bahan alam yang dapat dijadikan sebagai material maju salah
satunya adalah tanaman nyamplung. Tantangan dari peluang pemanfaatan buah
nyamplung masih cukup besar karena memerlukan penelitian integratif dari hulu
hingga hilir antar bidang ilmu terkait yang dapat menunjang efisiensi dan efektifitas
pengolahan industri. Biji nyamplung yang diekstraksi menghasilkan virgin oil dan
minyak kasar. State of the art pada penelitian ini yaitu ekstraksi dan transformasi
buah nyamplung menjadi produk yang bernilai melalui pengolahan buah
nyamplung menjadi virgin calophyllum oil (VCphO) dengan memanfaatkan hasil
samping ampas dan cangkang menjadi industrial calophyllum oil (ICO) dan resin,
serta melakukan transformasi buah nyamplung menjadi alkid resin secara
alkoholisis in situ. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi proses ekstraksi
dan transformasi buah nyamplung dan manfaatnya secara komprehensif.
Pada penelitian proses ekstraksi biji nyamplung dilakukan dengan
menggunakan single screw press pada suhu ruang dan suhu 80-90 oC yang diawali
dengan penjemuran buah nyamplung. VCphO yang diperoleh dikarakterisasi
rendemen, bilangan asam, bilangan iod, viskositas, densitas, pH, antioksidan, total
fenol, fitokimia, aktivitas antibakteri, dan senyawa kumarin dengan menggunakan
GC-MS. Rendemen yang diperoleh sekitar 57 - 59% dengan bilangan asam sekitar
41,31 - 43,36 mg KOH/g. Proses ekstraksi pada suhu ruang dan suhu 80-90 oC tidak
berpengaruh secara nyata terhadap rendemen VCphO. VCphO berpotensi untuk
dijadikan sebagai bahan kosmetik. pH VCphO berkisar antara 4 -5,48 yang sesuai
dengan pH kulit. VCphO mengandung % inhibisi antioksidan yang tinggi berkisar
antara 48-57% dengan total fenol yang tinggi berkisar antara 1,21-2,64 mg GAE/g
sampel, VCphO mengandung senyawa terpenoid, kuinon, flavonoid, fenol, dan
steroid senyawa ini menunjukkan adanya antioksidan dan antibakteri pada VCphO.
VCphO memiliki antibakteri yang sangat kuat terhadap bakteri P.acnes dan lemah
pada bakteri S.epidermis. Hasil GC-MS VCphO menunjukkan terdapat senyawa
turunan coumarin berupa hymecromone.
Proses ekstraksi menghasilkan cangkang dan ampas yang masih mengandung
minyak dan resin, sehingga perlu dilakukan ekstraksi biner untuk mendapatkan
minyak dan resin. Cangkang dan ampas yang diperoleh dilakukan pengeringan
hingga kadar air 5% dan cangkang buah nyamplung dikecilkan ukuran hingga
mencapai 20 mesh. Ekstraksi dilakukan secara biner dengan perbandingan metanol
dan heksan 4:2; 3:3; 2:4. Kondisi proses ekstraksi dilakukan pada suhu 50-60 oC
dengan pengadukan 200 rpm.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini, kondisi proses ekstraksi cangkang
dan ampas nyamplung dengan menggunakan pelarut heksan dan metanol secara
umum berpengaruh terhadap rendemen dan mutu minyak serta resin yang
dihasilkan. Bilangan asam minyak berkisar antara 13- 16 mg KOH/g, viskositas
berkisar antara 1,5-2 cSt, dan bilangan iod berkisar antara 75-77 g Iod/ 100 g bahan, sedangkan resin yang diperoleh memiliki bilangan asam sebesar 140-158 mg
KOH/g, dan rendemen berkisar 2-4%. Minyak nyamplung yang diperoleh pada
penelitian ini memiliki potensi untuk dijadikan bahan bakar nabati.
Berdasarkan proses ekstraksi dan transformasi buah nyamplung
menghasilkan hasil samping berupa ampas. Ampas tersebut dilakukan karakterisasi
proksimat untuk melihat potensi pemanfaatannya sebagai hasil samping. Ampas
buah nyamplung mengandung kadar air 10,9%, kadar abu 1,73%, lemak 2,57%,
protein sebesar 28,56%, karbohidrat sebesar 56,23%, serat kasar sebesar 26,17%
dan resin sebesar 5,75%. Kandungan protein pada ampas buah nyamplung dapat
dimanfaatkan menjadi pakan ternak, kandungan karbohidrat ampas buah
nyamplung apabila diolah lebih lanjut dapat dijadikan sebagai bioetanol,
kandungan serat kasar dapat diolah menjadi produk papan partikel. Ampas buah
nyamplung secara umum mengandung protein, karbohidrat, dan serat kasar yang
cukup tinggi sehingga memiliki potensi untuk diolah lebih lanjut yaitu menjadi
papan partikel, bio-oil, resin, plastisizer, dan bioenergy. Pengelolaan ampas buah
nyamplung dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan dapat meningkatkan
nilai ekonomi.
Transformasi buah nyamplung dilakukan dengan cara polimerisasi buah
nyamplung menjadi alkid resin. Buah nyamplung yang sudah kering dilakukan
pengecilan ukuran dan ditambahkan heksan dan metanol dengan perbandingan
(v/v) 4:4; 4:5; dan 4:6 berdasarkan berat bahan baku. Penambahan katalis KOH
0,075 mol/L metanol dan direaksikan pada suhu 55 oC, 250 rpm selama 5 jam.
Setelah selesai campuran didinginkan hingga suhu kamar. Filtrat yang diperoleh
dievaporasi untuk menghilangkan heksan dan metanol. Ester nyamplung yang
diperoleh dipanaskan pada suhu 130 – 160 oC reaksi dihentikan apabila sampel
(ester nyamplung) larut dalam metanol. Setiap tahapan proses sintesis alkid resin
dimasukkan nitrogen. Pada tahap kedua ester nyamplung dipanaskan kembali pada
suhu 130 – 160 oC dengan penambahan asam ftalat:gliserol yang terbentuk pada
tahap pertama sesuai dengan rasio (w/w) 0:1; 1:1; dan 2:1. Reaksi dihentikan
apabila nilai bilangan asam sudah mencapai 8.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah nyamplung dapat dijadikan
sebagai bahan baku pembuatan alkid resin. Hal ini ditunjukkan pada hasil pengujian
FTIR dimana adanya gugus fungsional yang mengindikasikan terbentuknya alkid
resin. Hasil pengujian bilangan asam menunjukkan bahwa semakin lama sintesis
alkid resin maka bilangan asam alkid resin semakin kecil. Hasil pengujian
viskositas dan densitas menunjukkan bahwa semakin lama waktu sintesis dan
semakin banyak penambahan asam ftalat maka akan semakin tinggi viskositas dan
densitasnya. Hasil pengujian bilangan iod menunjukkan adanya penurunan
dikarenakan adanya dimerisasi pada saat pomerisasi. Waktu pengeringan alkid
resin buah nyamplung tercepat yaitu selama 95 menit pada perlakuan perbandingan
metanol terhadap bahan 6:1 dan 5:1 dan dengan penambahan asam ftalat 1:1. Alkid
resin buah nyamplung larut dalam pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut nonpola