Show simple item record

dc.contributor.advisorHidayat, Sri Hendrastuti
dc.contributor.authorKartiningtyas
dc.date.accessioned2024-01-23T06:35:11Z
dc.date.available2024-01-23T06:35:11Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/135706
dc.description.abstractBenih terinfeksi virus merupakan sumber inokulum primer di lapang, yang akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan penyebaran penyakit. Turnip mosaic virus merupakan golongan Potyvirus yang bisa terbawa benih dan infeksinya pada tanaman Brassicae dapat mengakibatkan kehilangan hasil mencapai 100%. Tujuan penelitian ini adalah menguji persentase benih caisin yang terinfeksi TuMV dan membandingkan dua teknik deteksi untuk TuMV yaitu ELISA dan RT-PCR. Hak cipta milik IPB University Metode yang digunakan untuk menguji TuMV terbawa benih adalah dengan mengumpulkan benih dari petani dan penyalur benih. Benih lokal dari petani berasal dari 2 lokasi di Jawa Barat dan 2 lokasi di Jawa Tengah, sedangkan benih yang berasal dari penyalur benih berasal dari Sang Hyang Seri dan Kwang Fu. Benih tersebut disemai sebanyak 100 benih tiap jenis, setelah berumur 2 minggu diuji dengan teknik Indirect ELISA (I-ELISA). Selain itu inokulasi TuMV pada berbagai umur tanam (2, 4, 6, 8, dan 10 MST) dilakukan untuk mengetahui pengaruh infeksi TuMV terhadap pertumbuhan tanaman dan terbentuknya gejala. Dua puluh delapan hari setelah inokulasi, tanaman tersebut diuji dengan teknik deteksi I-ELISA dan RT-PCR. Teknik I-ELISA dan RT-PCR kemudian dibandingkan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan masing- masing teknik sehingga dapat diketahui teknik yang tepat untuk pengujian TuMV. Hasil uji virus terbawa benih menunjukkan bahwa TuMV mampu terbawa benih. Benih lokal dari Ciherang terinfeksi TuMV sebanyak 15% dan benih lokal dari Cinangneng terinfeksi sebanyak 2%. Perbedaan waktu inokulasi TuMV juga mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman dan terbentuknya gejala. Tanaman yang diinokulasi saat 2 MST akan mati dalam waktu 2 hari setelah inokulasi. Tanaman yang diinokulasi saat 4 MST akan menjadi kerdil, sedangkan tanaman yang diinokulasi saat 6 dan 8 MST tidak dapat tumbuh optimum. Secara umum gejala yang terbentuk akibat infeksi TuMV adalah mosaik, malformasi, vein clearing, dan melepuh. Teknik I-ELISA dan RT-PCR terbukti mampu mendeteksi adanya infeksi TuMV pada tanaman caisin. Nilai absorban hasil uji I- ELISA dari tanaman yang diinokulasi TuMV berkisar antara 2,1 2,4. Dengan teknik RT-PCR menggunakan primer yang spesifik untuk TuMV berhasil diamplifikasi pita DNA virus berukuran 800 bp dari tanaman yang diinokulasi TuMV. Dalam deteksi TuMV, teknik I-ELISA memerlukan biaya yang lebih sedikit, kapasitas pengujian besar, dan tingkat kesulitan yang tidak terlalu tinggi. Teknik RT-PCR lebih sensitif dan waktu pengujian lebih cepat, tetapi biayanya mahal dan memerlukan ketrampilan yang tinggi dalam pengujian...id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcBenihid
dc.subject.ddcTurnip mosaic virusid
dc.titleDeteksi turnip mosaic virus(TuMV) pada benih dan jaringan daunid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record