Analisis karakteristik perdagangan crude palm oil-Indonesia
View/ Open
Date
1998Author
Nurdiawansyah, Heri
Rachmaniah, Meuthia
Juanda, Bambang
Metadata
Show full item recordAbstract
Impact multiflier atau pengaruh langsung, Interim Multiflier atau pengaruh bulan selanjutnya dan Total Multiflier atau pengaruh jangka panjang peubah eksogen yang paling berpengaruh adalah rasio harga CPO domestik dan ekspor terhadap hampir semua peubah endogen kecuali ekspor minyak goreng sawit, harga ekspor minyak goreng sawit serta data tak tercatat CPO dan minyak goreng sawit. Serta penurunan harga riil CPO dan minyak goreng sawit domestik paling besar terjadi oleh permintaan CPO pada bulan-bulan Desember, Januari dan Februari kemudian rasio harga CPO domestik dan ekspor. Untuk pengaruh langsung dan bulan selanjutnya kenaikan harga terbesar terjadi bila rupiah terdepresiasi terhadap US dollar. Sedangkan untuk jangka panjang kenaikan harga terbesar terjadi bila harga CPO dunia yang terus meningkat. Permintaan minyak goreng sawit pada bulan-bulan Desember. Januari dan Februari akan menurunkan ekspor minyak goreng sawit dan permintaan minyak goreng sawit domestik tetapi data tak tercatat minyak goreng sawit domestik justru meningkat Dalam jangka panjang harga riil CPO dan minyak goreng sawit menurun.
Pembebasan ataupun pembatasan ekspor CPO dapat memberikan jaminan stabilisasi harga CPO sedangkan harga minyak goreng cenderung fluktuatif dan mengalami kenaikan. Hal ini sesuai dengan keadaan sekarang dimana harga minyak goreng doinestik stabil pada tingkat harga yang tinggi. Melalui kebijakan pembatasan ekspor CPO dengan harga patokan ekspor sebagai instrumen kebijakan untuk menekan rasio harga CPO domestik dengan ekspor dalam rangka stabilisasi harga CPO dan minyak goreng sawit domestik masih dapat dilakukan, walaupun instrumen ini tidak efektif untuk menahan kenaikan harga minyak goreng sawit. Selain itu pembatasan ekspor juga tidak akan menambah devisa dan tidak menaikkan nilai rupiah sehingga harga riil CPO dan minyak goreng domestik tidak akan stabil pada tingkat harga yang rendah. Hal ini menimbulkan dilema, sehingga perlu diambil instrumen lain yang lebih efektif untuk mempebesar rasio harga CPO domestik dan ekspor karena secara langsung ataupun jangka panjang harga patokan ekspor tidak efektif lagi. Salah satu instrumen lain yaitu melalui kebijakan nilai tukar rupiah yang apresiatif, karena dalam jangka panjang hal ini akan menurunkan harga riil CPO dan minyak goreng sawit domestik tetapi akan meningkatkan produksi dan konsumsi minyak goreng sawit domestik serta penawaran stok CPO domestik. Tetapi nilai tukar yang terlalu tinggi juga akan menurunkan daya saing ekspor, sehingga tingkat riiai tukar rupiah harus terkendali dengan baik.