| dc.description.abstract | Tepung terigu sesungguhnya bukan makanan pokok masyarakat Indonesia, namun selama beberapa tahun terakhir perannya semakin penting bagi konsumsi pangan masyarakat Indonesia (Sawit, 2003). Sekarang ini tingkat konsumsi tepung terigu masyarakat Indonesia menunjukan trend yang terus meningkat. Dimana pada tahun 2001, 2002, dan 2003 tingkat konsumsi/kapita/tahun berturut- turut sebesar 14.0 kg/kapita/tahun, 14.92 kg/kapita/tahun, dan 15.84 kg/kapita/tahun (Dirjen Bina Industri Tanaman Pangan, 2003). Tingkat konsumsi ini jauh lebih besar daripada konsumsi terhadap jagung dan ubi kayu.
Tepung terigu cepat diterima oleh masyarakat Indonesia karena harganya yang relatif murah. Harga tepung terigu yang murah ini merupakan dampak dari kebijakan pemerintah untuk mendukung harga pangan yang rendah. Dimana pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mensubsidi tepung terigu. Dengan semakin besarnya tingkat konsumsi terhadap tepung terigu dan
produk olahannya, maka permintaan terhadap gandum sebagai bahan baku tepung
terigu juga akan semakin meningkat. Dengan adanya impor gandum yang semakin
meningkat mengakibatkan pembiayaan untuk impor dan subsidi tepung terigu
akan semakin besar. Oleh karena itu untuk mengurangi besarnya pengeluaran
pemerintah untuk impor gandum dan subsidi tepung terigu, maka pada tahun 1998
pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk tidak mensubsidi tepung terigu dan
segala bentuk hambatan atau pembatasan terhadap impor gandum dan tepung
terigu dihapuskan (trade liberalization), sebagaimana diatur oleh Kepres No. 45
November 1998. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis
dampak kebijakan perdagangan gandum-tepung terigu terhadap penawaran,
permintaan tepung terigu Indonesia dan (2) menganalisis dampak kebijakan
perdagangan gandum-tepung terigu terhadap harga tepung terigu Indonesia... | id |
