Show simple item record

dc.contributor.advisorMurdanoto, Agung P
dc.contributor.advisorRahman, Nelly
dc.contributor.authorBudiati, Retna
dc.date.accessioned2024-01-17T04:26:55Z
dc.date.available2024-01-17T04:26:55Z
dc.date.issued2004
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/135007
dc.description.abstractKaret alam, termasuk ke dalam kelompok elastomer, memiliki potensi besar dalam perindustrian. Hal ini disebabkan oleh sifat dari karet alam yang mempunyai keliatan dan kelekatan yang tinggi, elastisitas tinggi, daya tarik yang kuat, daya lengket yang baik dan daya pegas yang tinggi. Saat ini pemanfaatan karet alam telah kalah saing dengan karet sintetis. Pada tahun 2001, pemanfaatan karet alam hanya sekitar 7 juta ton, sementara pemanfaatan karet sintetis mencapai 10.460 juta ton (IRSG, 2002). Salah satu masalah dalam pemanfaatan karet alam adalah keberadaan protein dalam partikel karet. Adanya protein mengakibatkan munculnya efek samping dalam produk-produk yang berbahan baku karet alam. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa alergi terhadap produk-produk berbahan baku karet alam mempunyai hubungan dengan protein terekstrak (Extractable Protein/EP) dalam lateks. Penurunan kadar protein dalam lateks ataupun karet alam akan menghasilkan barang jadi karet yang lebih aman dalam penggunaannya. Penurunan kadar protein ini akan diimbangi dengan penurunan kadar EP. Karet dengan kadar protein yang rendah akan memiliki zat alergen yang lebih rendah. Turunnya zat alergen ini akan menurunkan efek negatif yang bisa timbul. Selain itu karet rendah protein juga menjadi lebih mudah untuk diproses, tahan terhadap air, mempunyai stabilitas mekanis yang lebih tinggi serta mempunyai sifat mekanis dan dinamis yang lebih baik. Di masa yang akan datang, industri-industri karet akan membutuhkan karet alam dengan berat molekul yang tinggi dan kadar gel yang rendah. Lateks yang menjadi bahan baku pembuatan karet alam rendah protein tidak akan langsung diolah ketika diterima dari kebun. Pemeraman dilakukan terlebih dahulu untuk menurunkan kadar protein yang ada. Pemeraman satu hari selama ini dilakukan perusahaan- perusahaan di Indonesia, sementara perusahaan di Malaysia lebih banyak menggunakan pemeraman tiga hari. Penelitian ini mempelajari pengaruh masa pemeraman tersebut untuk mengetahui laju perubahan struktur kimia lateks selama masa pemeraman. Perubahan yang diperhatikan adalah berat molekul dan kandungan gel dalam lateks. Perubahan lain yang diteliti adalah pola perubahan kadar nitrogen selama masa pemeraman. Metode penelitian yang digunakan mencakup persiapan bahan baku (LK, LPI dan LPII), pemeraman dan karakterisasi. Bahan baku yang digunakan merupakan lateks yang ditambahkan enzim protease. Lateks sampel merupakan lateks klon RRIM 600 dari Kebun Percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan di Ciomas Bogor. Penurunan kadar nitrogen dalam penelitian ini menggunakan enzim protease KP-3939 KAO sebesar 0.2 phr dan surfaktan SLS 1% w/v. Pemeraman dilakukan selama tiga hari mengikuti standar yang ditetapkan oleh Malaysia. ...id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcLateksid
dc.subject.ddcHevea brasiliensisid
dc.titleKarakterisasi hasil pemeraman pada proses deporteinasi lateks Hevea brasiliensis klon RRIM 600id
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record