Show simple item record

dc.contributor.authorDjuwita, Ita
dc.contributor.authorPrasetyaningtyas, Wahono Esthi
dc.contributor.authorWinarto, Adi
dc.date.accessioned2010-05-06T03:31:14Z
dc.date.available2010-05-06T03:31:14Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/13465
dc.description.abstractSalah satu permasalahan yang dihadapi dalam aplikasi transfer embrio beku adalah rendahnya angka kebuntingan dan kelahiran anak dari hasil transfer embrio beku dibandingkan hasil transfer embrio segar (Dobrinsky, 1996; Djuwita et al. 2009; Hochi et al. 1996). Diduga blastosis pasca kriopreservasi, walaupun secara morfologi tampak normal mengalami kegagalan ‘hatching’ dan implantasi sehingga menyebabkan rendahnya tingkat kebuntingan. Hatching’ adalah proses keluarnya blastosis dari zona pelusida, sedangkan implantasi adalah proses menempel, melekat dan invasi sel-sel trofoblas kedalam endometrium uterus induk. Faktor maternal ataupun perlakuan seperti kriopreservasi dapat mengakibatkan rendahnya kualitas embrio, khususnya struktur intraseluler yang secara morfologi tidak tampak dibawah mikroskop cahaya (Cocero et al, 2002; Thouas et al, 2004). Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis sejauh mana proses kriopreservasi embrio dengan metode vitrifikasi dapat mengakibatkan kegagalan ‘hatching’ dan implantasi menggunakan sistem kultur in vitro dan blastosis mencit (Mus musculus albinus) sebagai model.. Penelitian dirancang secara acak lengkap dalam empat kelompok perlakukan yakni (1) blastosis kontrol (tanpa vitrifikasi) yang mengalami ‘hatching’ (KH); (2) blastosis kontrol yang ‘non-hatching’ (KNH); (3) blastosis vitrifikasi yang ‘hatching’ (VH) dan (4) blastosis vitrifikasi yang ‘non-hatching’ (VNH). Parameter yang diamati adalah (1) kemampuan ‘hatching’ blastosis pasca vitrifikasi; (2) diameter pertumbuhan (outgrowth) sel-sel trofoblas, (3) aktivitas NADH-Tetrazolium Reduktase yang berperan dalam memproduksi ATP (energi), serta (4) Pola distribusi mitokondria. Pengujian proses ‘hatching’ dan implantasi dilakukan dengan system kultur in vitro baik blastosis maupun sel-sel trofoblast dalam cawan petri (sebagai tempat perlekatan sel-sel trofoblas) menggunakan medium DMEM yang disuplementasi dengan Newborn Calf Serum 10%, Insuline-Transferin dan Selenium (ITS) 10%, dan gentamicine 50 µg/ml (µl). Kultur dilakukan selama 7 hari dalam inkubator CO2 5% suhu 37oC. Analisa NADH-TR dilakukan secara histokimia berdasarkan Malik et al (2000), sedangkan pola distribusi mitokondria dilakukan secara imunohistokimia.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titlePertumbuhan dan Aktivitas Nadh-Tetrazolium Reduktase Sel-Sel Trofoblas Blastosis Vitrifikasi yang Mengalami ‘Hatching’ dan ‘Non-Hatching’id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record