dc.description.abstract | Kayu telah lama memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai bahan bangunan maupun untuk keperluan lainnya. Perkembangan industri pengolahan kayu seperti industri kayu lapis, papan partikel, pulp dan kertas serta energi juga turut berperan dalam mempercepat peningkatan kebutuhan terhadap kayu. Sampai saat ini, persediaan bahan baku di hutan alam semakin berkurang, tetapi di lain pihak permintaan terus bertambah. Untuk menunjang pertumbuhan industri perkayuan secara mantap dan berkesinambungan di masa yang akan datang, pemerintah melakukan pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Ciri pokok HTI antara lain adalah riap dan produksinya yang cukup besar dengan kualitas hasil hutannya yang baik. Rata-rata riap untuk tujuan kayu pertukangan, kayu energi dan pulp/serat masing-masing diperkirakan sebesar 15 m³/ha/thn, 30 m³/ha/thn dan 25 m³/ha/thn (Mangundikoro, 1984).
Dalam upaya pengembangan HTI, Acacia mangium Willd. merupakan jenis yang memiliki prospek baik dan berkualitas. Selain merupakan jenis asli (Maluku dan Irian Jaya) Acacia mangium memiliki beberapa keunggulan dalam sifat dan kegunaan antara lain: cepat tumbuh, berumur relatif pendek, dapat tumbuh di banyak tempat, serta pengalaman menanam yang sudah cukup banyak. Kayu jenis ini sangat potensial untuk dikembangkan di masa-masa mendatang. Pada awalnya tujuan penggunaan kayu mangium adalah sebagai bahan baku pulp dan kertas, tetapi setelah dilakukan berbagai penelusuran pustaka, ternyata pada akhir daur (± 10 tahun) kayu mangium memiliki potensi yang besar untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan meubel/furniture dan kayu pertukangan lainnya karena corak dan penampilan yang cukup bagus.
Kurangnya penelitian terhadap kayu mangium menyebabkan keraguan dalam pengembangan kayu mangium sebagai kayu solid. Karakteristik kayu mangium yang perlu mendapat perhatian lebih jauh adalah prosentases kayu remaja dan kayu gubalnya. Oleh karena itu penelitian ini ditujukan untuk mengkaji prosentase kayu gubal dan kayu remaja serta cacat mata kayu dalam rangka pengembangannya sebagai bahan baku meubel.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penggergajian dan Laboratorium Kayu Solid, Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB selama 1 bulan, dari bulan Juli-Agustus 2002. Bahan yang digunakan berasal dari PT. Hutan Tanaman Industri Musi Hutan Persada Subanjeriji, Sumatra Selatan, tegakan tahun tanam 1992, 1994 dan 1996. Sampel kayu diambil dari dolog dengan panjang 1.5 meter pada diameter setinggi dada (dbh). Pada penelitian ini dilakukan pembuatan papan sortimen dan lempengan untuk pengamatan makroskopis (prosentase kayu teras dan gubal serta cacat mata kayu) serta pembuatan contoh uji untuk pengujian sifat fisik seperti berat jenis dan susut longitudinal yang merupakan indikator kayu remaja. Alat yang digunakan adalah circular saw dan chainsaw, amplas, cutter, caliper, neraca timbang, loupe, meteran dan mistar serta alat tulis. Penelitian ini menggunakan Rancangan Percobaan Acak Lengkap (Steel dan Torrie, 1991) dengan faktor perlakuan pada kelas umur 6, 8 dan 10 tahun. ... | id |