Show simple item record

dc.contributor.advisorBoer, Rizaldi
dc.contributor.advisorSuharsono, Heny
dc.contributor.authorSetyadipratikto, Antoyo
dc.date.accessioned2024-01-08T02:21:59Z
dc.date.available2024-01-08T02:21:59Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/134028
dc.description.abstractIndonesia merupakan negara beriklim tropis basah dengan kandungan nap air di atmosfer yang tinggi. Pada kondisi ekstrim (El-Nino atau La-Nina) kandungan nap air di atrnosfer mengalami perubahan yang nyata dan perubahan ini saugat berpengaruh pada curah hujan yang jatuh di permukaan bumi. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) sebagai organisasi yang menangani masalah cnaca dan iklim di Indonesia mempunyai jejaring clan sistem pengamatan baku untuk memantau kondisi atmosfer secara rutin. Pengamatan dilakukan pada 13 titik dengan menggunakan Radiosonde. Selain kandungan nap air di udara beberapa sifat atrnosfer yang dipantau ialah tekanan udara, suhu, RH, dan Tinggi Lapisan basah (TLB) dari permukaan. Sifat-sifat ini merupakan parameter penting bagi proses pembentukan awan dan terjadinya hujan. Informasi tentang sifat cnaca ini belum digunakan secara optimal. Penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan pemanfaatan informasi tentang sifat atrnosfer atas khususnya AMC dan TLB untuk keperluan prakiran musim (awal atau akhir musim) Pengolahan data menggunakan metode analisis regresi dan analisis peluang. Data yang dianalisis ialah data hasil pengamatan narian pukul 00.00 Z (GMT) dari Tahun 1993-1997. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata AMC harian berkisar antara 28-38 mm sedangkan TLB antara 778- 670 mb. Nilai tertingi terjadi di Cengkareng dan terendah di Surabaya. Hasil analisis AMC in.i dapat digunakan untuk menentukan peluang hujan clan tidak hujan di suatu daerah. Pengamatan di Pangkal Pinang, Cengkareng dan Surabaya menunjukkan bahwa apabila AMC berkisar antara 31-51 mm terjadi hujan didaerah tersebut dengan peluang > 50%. Berdasarkan informasi ini didefinisikan bahwa, awal musim hujan (AMH) diprakirakan akan segera masuk apabila AMC selama minimal dua dasarian berturut-turut atau lebih melewati nilai 35 mm (di Pangkal Pinang dan Surabaya) dan 51 mm (di Cengkareng), sedangkan akhir musim hujan atau awal mnsim kemarau (AMK) di tandai oleh AMC yang lebih kecil dari nilai-nilai tersebut minimal selama dua dasarian atau lebih. Prakiraan datangnya AMH dan AMK dapat dilakukan secara lebih baik dengan mengguuakan informasi ini. Untuk menguji persistensi dari hasil analisis ini maka diperlukan penelitian lebih lanjut dengan data yang lebih panjang dari stasiun-stasiun pengamatan lainnya. Selain itu perlu dilakukan kajian dalam penentuan teknologi budidaya tanaman seperti penentuan pola dan waktu tanam.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcGeophysicsid
dc.subject.ddcrainfall depthsid
dc.titlePenggunaan informasi air mampu curah (precipitable water) dan tinggi lapiisan basah dalam penentuan awal musim hujan dan awal musim kemarauid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record