Show simple item record

dc.contributor.advisorSetiadi, Dede
dc.contributor.advisorNatasaputra, Machmud
dc.contributor.authorLesmanawati, Ina Rosdiana
dc.date.accessioned2024-01-05T03:38:39Z
dc.date.available2024-01-05T03:38:39Z
dc.date.issued1998
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/133917
dc.description.abstractAbu batubara merupakan sisa pembakaran batubara yang tidak dapat dipakai lagi dan dapat mencemarkan lingkungan. Salah satu alternatif penanganan limbah abu batubara yang dapat mengurangi pencemaran sekaligus memberi nilai ekonomis adalah pemanfaatan limbah tersebut. Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang biasa ditanam petani di daerah transmigrasi di luar Pulau Jawa yang meniiliki jenis lahan marjinal yang bermasalah,, yaitu memiliki tingkat kemasaman tinggi, miskin unsur hara, dan memiliki tingkat kesuburan rendah. Abu batubara dapat digunakan sebagai bahan alternatif yang diharapkan dapat memperbaiki sifat-sifat tanah tersebut. Abu batubara dapat menetralkan kemasaman tanah, mengurangi keracunan logam berat, dan dapat meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman (Blumbla, 1996). Penelitian ini bertujuan untuk mencari dosis optimal dari penambahan abu batubara untuk meningkatkan kesuburan tanah yang akan berpengaruh terhadap tanaman jagung. Bahan yang digunakan sebagai media tanam adalah tanah latosol dan tanah podsolik. Abu batubara yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian abu batubara baik abu terbang maupun abu dasar berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, dan bobot kering tanaman jagung. Pemberian abu terbang menghasilkan tinggi tanaman tertinggi pada tanah latosol dengan dosis 4% dan pada tanah podsolik dengan dosis 3%. Sedangkan pen berian abu dasar menghasilkan tinggi tanaman tertinggi pada tanah latosol dengan dosis 5% dan pada tanah podsolik dengan dosis 0,8%. Pemberian abu terbang menghasilkan diameter batang terbesar pada tanah latosol dengan dosis 1% dan pada tanah podsolik dengan dosis 5%. Sementara pemberian abu dasar menghasilkan diameter batang terbesar pada tanah latosol dengan dosis 5% dan pada tanah podsolik dengan dosis 0,8%. Bobot kering terbesar dihasilkan dengan pemberian abu terbang dosis 0,8% pada tanah latosol dan dosis 2% pada tanah podsolik. Sedangkan dengan pemberian abu dasar, bobot kering terbesar dihasilkan dengan dosis 5% pada tanah latosol dan dosis 0,8% pada tanan podsolik. Pada percobaan ini (dosis abu 0%-5%), abu terbang menghasilkan pertumbuhan tanaman jagung lebih baik dibandingkan abu dasar, namun pada dosis 100% tanaman jagung mati. Tanah podsolik menghasilkan rata-rata pertumbuhan tanaman jagung lebih baik dibandingkan tanah latosol.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcBiologyid
dc.titleRespon pertumbuhan tanaman jagung terhadap pemberian abu batubaraid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordMaizeid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record