Optimasi Produksi dan Analisis Efisiensi Manajemen Budidaya Ulat Sutra Samia cynthia ricini

Abstract

Samia cynthia ricini adalah ulat sutra penghasil sutra eri yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini disebabkan ulat sutra S. c. ricini termasuk ulat polifagus (dapat hidup di banyak tanaman inang) dan polivoltin (menghasilkan lebih dari tiga generasi dalam satu tahun) yang merupakan ciri tipe ulat sutra tropis. Produktivitas ulat sutra S. c. ricini dipengaruhi oleh penanganan saat pemeliharaan. Penelitian ini bertujuan mengoptimasi produktifitas ulat sutra S. c. ricini pada setiap fase hidup dan menentukan sistem pemeliharaan yang efisien. Penelitian ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu: pengamatan produktivitas ulat S. c. ricini yang dipelihara pada kondisi lingkungan dataran rendah (176 m dpl) dengan pakan daun singkong (Manihot utilissima), pengamatan produktivitas kokon yang dikokonkan menggunakan media pengokonan kayu dan sobekan karton, pemisahan telur fertil dalam media larutan NaCl (0,00; 0,02; 0,05; 0,08; dan 0,11 g ml-1), dan menghitung analisis finansial pemeliharaan ulat sutra S. c. ricini. Performa produksi yang diamati terdiri dari konsumsi pakan (pakan terkonsumsi dan pakan tercerna), produktivitas ulat (panjang, lebar, dan bobot), mortalitas, lama siklus ulat, produktivitas kokon (persentase pemeliharaan efektif dan kualitas kokon), dan daya tetas telur. Data produktivitas ulat, mortalitas, lama siklus ulat, dan daya tetas telur dianalisis secara deskriptif. Data persentase pemeliharaan efektif dianalisis dengan uji-t sedangkan data kualitas kokon dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 2 × 2. Faktor pertama media pengokonan dan faktor kedua jenis kelamin dengan tiga kali ulangan. Analisis finansial dihitung menggunakan keuntungan, rasio R/C, dan BEP. Ulat S. c. ricini yang dipelihara pada ketinggian 176 m dpl dengan kisaran suhu 26-28 ℃ dan kelembapan 72%-83% membutuhkan 27,17±2,39 g pakan terkonsumsi dan 19,51±2,30 g pakan tercerna. Ulat mencapai produktivitas maksimum (instar V) sebesar 59,65±4,36 mm panjang, 9,80±0,77 mm lebar, dan 4,18±0,60 g bobot. Fase ulat memerlukan waktu 24 hari dengan persentase hidup 86,11±4,27%. Analisis data menunjukkan interaksi antara media pengokonan dan jenis kelamin tidak mempengaruhi persentase pemeliharaan efektif dan kualitas kokon. Bobot total, persentase kulit kokon, panjang kokon, lebar medial kokon, lebar posterior kokon, bobot pupa, panjang pupa, lebar medial pupa dan lebar posterior pupa dipengaruhi oleh jenis kelamin akibat adanya perbedaan konversi massa tubuh terhadap perkembangan organ kelamin. Penentuan telur fertil menggunakan larutan NaCl belum bisa dijadikan acuan untuk telur S. c. ricini. Hal ini disebabkan perkembangan embrio dan karakteristik korion yang menyebabkan tingginya penguapan cairan telur sehingga mempengaruhi berat jenis telur. Sistem pemeliharaan terbaik berdasarkan hasil analisis finansial diperoleh dari media pengokonan kayu dengan nilai rasio R/C 1,61.

Samia cynthia ricini is a potential eri silk producing insect in Indonesia. S. c. ricini was a polyphagous insect (had various host plants) and polyvoltine (produce more than three generations in a year) which are characteristic of tropical silkworm types. S. c. ricini productivity is affected by rearing management. This study aims to optimize the productivity of S. c. ricini at every stage of life and choose the efficient rearing method. This study were divided into four parts: observation of S. c. ricini productivity reared in a lowland area (176 m asl) with cassava leaves (Manihot utilissima) fed, observing the productivity of the cocoons using wood and carton mountages media, separating fertile eggs in different NaCl solution media (0.00; 0.02; 0.05, 0.08, and 0.11 g ml-1), and calculate the financial analysis. Production performance observed were feed consumption (ingesta and digesta), larval productivity (length, breadth, and weight), mortality, larval phase, cocoon productivity (effective rate of rearing and cocoon quality), and egg hatchability. Data on larval productivity, mortality, larval phase, and egg hatchability were analyzed descriptively. Data effective rate of rearing was analyzed by t-test. Data of cocoon quality were analyzed using a completely randomized design 2 × 2 pattern. The first factor was the mountages media that were used and the second factor was sex with three replications. Financial analysis was calculated using profit, R/C ratio, and BEP. Larval that reared at an altitude of 176 m asl with temperature 26-28 ℃ and 72%-83% humidity required 27,17±2,39 g of ingested feed and 19,15±2,30 g of digested feed. The larval reached maximum productivity (instar V) of 59,65±4,36 mm length, 9,80±0,77 mm breadth, and 4,18±0,60 g weight. The larval phase takes 24 days with a survival rate of 86,11±4,27%. Data analysis shows that interaction between mountage materials and sex did not affect the effective rate of rearing and cocoon quality. Cocoon weight, shell ratio, cocoon length, cocoon medial breadth, cocoon posterior breadth, pupal weight, pupal length, pupal medial breadth, and pupal posterior breadth were affected by sex due to differences in body mass conversion in the development of sex organs. Determination of fertile egg using NaCl solution cannot yet be applied to S. c. ricini eggs. This is because embryonic development and chorion characteristics cause high evaporation of the egg, thus affecting the egg’s specific gravity. The best rearing system based on the results of financial analysis is obtained from wood mountages with an R/C ratio of 1,61.