Show simple item record

dc.contributor.advisorSapei, Asep
dc.contributor.advisorHariyadi, Sigid
dc.contributor.advisorAnggraeni, Elisa
dc.contributor.authorKhalik, Idham
dc.date.accessioned2023-12-20T23:23:52Z
dc.date.available2023-12-20T23:23:52Z
dc.date.issued2023-12-20
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/133156
dc.description.abstractSejak beberapa dekade terakhir terjadi peningkatan penduduk yang menempati wilayah perkotaan (urban area). Bahkan pada beberapa tahun mendatang diperkirakan lebih dari 60% penduduk akan tinggal di kota. Selain itu, pada wilayah perkotaan juga terjadi konsentrasi kegiatan perekonomian. Kondisi ini, secara signifikan meningkatkan kebutuhan air bersih wilayah tersebut. Agenda global pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) yang telah diadopsi dalam perencanaan pembangunan terutama Tujuan 6 (SDG 6) menjamin ketersediaan air bersih yang layak dan berkelanjutan. Namun di sisi lain, sumberdaya air justru menghadapi tekanan akibat dari pencemaran lingkungan dan perubahan tutupan lahan menjadi non vegetasi. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun kebijakan penyediaan air bersih berkelanjutan di Kota Bengkulu sebagai model untuk kawasan perkotaan sedang. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: analisis deskriptif kualitas air sumur masyarakat; analisis Indeks Pencemaran (IP) dan analisis debit andalan (Q90%) untuk mengetahui kualitas air dan potensi ketersediaan sumber air baku; analisis regresi linear berganda berhierarki untuk mengetahui faktor-faktor demografis yang mempengaruhi permintaan air bersih; dan integasi interpretive structural modelling (ISM) dan permodelan sistem dinamik (SD) untuk menyusun arahan kebijakan berdasarkan struktur kendala yang dihadapi dalam penyediaan air bersih dan simulasi kebutuhan air bersih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter fisika dan kimia air sumur masyarakat di Kota Bengkulu masih sesuai dengan baku mutu, walaupun pada beberapa titik sampel sudah agak tinggi. Sedangkan parameter mikrobiologi (total coliform dan Escherichia coli) sudah terdeteksi pada seluruh lokasi sampling. Selain itu, cakupan pelayanan air bersih perpipaan belum merata pada seluruh wilayah, yakni berkisar antara 23,3-68,1% dengan rata-rata keseluruhan mencapai 43%. Hasil analisis IP menunjukkan bahwa kualitas air Sungai Lemau tergolong tercemar ringan dengan IP 1,64-4,09, kondisi Sungai Bengkulu tercemar ringan hingga tercemar berat (IP 3,7-12,6); Danau Dendam Tak Sudah tercemar sedang hingga tercemar berat (IP 7,8-14,8); dan Sungai Nelas pada kondisi tercemar ringan hingga tercemar berat (IP 2,98-12,5). Debit andalan dengan probabilitas 90% untuk Sungai Lemau sebesar 11,55-14,09 m3/s, Sungai Bengkulu sebesar 6,66-24,44 m3/s dan Sungai Nelas sebesar 3,14-6,14 m3/s. Sedangkan volume air DDTS sekitar 18-21 juta m3. Ketersediaan air masih cukup besar sehingga dapat meningkatkan kapasitas Intalasi Pengolahan Air (IPA). Permintaan air bersih di Kota Bengkulu (Y) secara bersama-sama (simultan) dipengaruhi secara signifikan oleh variabel umur (X1), lama pendidikan formal (X2), rata-rata pendapatan keluarga (X3), jumlah anggota keluarga (X4), luas rumah dan pekarangan (X5), serta kepemilikan sumur (D1). Sedangkan secara parsial terdapat dua variabel, yaitu jumlah anggota keluarga (X4) dan luas rumah dan pekarangan (X5), yang mempunyai pengaruh nyata terhadap permintaan air bersih di Kota Bengkulu (Y), sehingga kedua variabel ini digunakan sebagai parameter dugaan dalam model. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pada tahun 2030 dengan cakupan pelayanan 43% maka rata-rata kebutuhan air bersih total di Kota Bengkulu mencapai 800.577 m3/bulan (9,61 juta m3/tahun). Apabila dilakukan peningkatan cakupan pelayanan penduduk menjadi 50% maka kebutuhan air bersih total menjadi 914.865 m3/bulan (10,98 juta m3/tahun). Sedangkan apabila dilakukan peningkatan cakupan pelayanan menjadi 75% maka kebutuhan air bersih total menjadi 1,32 juta m3/bulan (15,88 juta m3/tahun). Pemenuhan kebutuhan air bersih total pada tahun 2030 dapat dilakukan dengan beberapa skenario kebijakan yaitu: (i) Skenario kebijakan bisnis-seperti-biasa (BAU: business as usual) mampu memenuhi kebutuhan air bersih dengan cakupan pelayanan 33,03%; (ii) Skenario kebijakan pesimis mampu memenuhi kebutuhan air bersih dengan cakupan pelayanan 43%; (iii) Skenario kebijakan moderat dapat memenuhi kebutuhan air bersih dengan cakupan pelayanan menjadi 50%; (iv) Skenario kebijakan optimis dapat memenuhi kebutuhan air bersih dengan cakupan pelayanan menjadi 75%. Strategi kebijakan yang dapat dilakukan untuk memenuhi ketersediaan air bersih adalah: melakukan pengelolaan lingkungan untuk mengurangi pencemaran sungai sebagai sumber air baku, melakukan penambahan sarana-prasarana penyediaan air bersih dan menurunkan angka kebocoran atau tingkat kehilangan air (TKA).id
dc.description.sponsorshipBPPDN, Kemendikbudristekid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleKebijakan Penyediaan Air Bersih Berkelanjutan di Kota Bengkulu Sebagai Model untuk Kawasan Perkotaan Sedangid
dc.title.alternativePolicy to Providing of Sustainable Clean Water in Bengkulu City as a Model for Medium-Size Cityid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keyworddebit andalanid
dc.subject.keywordindeks pencemaranid
dc.subject.keywordInterpretive Structural Modelling/ISMid
dc.subject.keywordSistem Dinamikid
dc.subject.keywordSDG 6id
dc.subject.keyword: Interpretive Structural Modelling/ISMid
dc.subject.keywordmainstay dischargeid
dc.subject.keywordpollution indexid
dc.subject.keywordSDG 6id
dc.subject.keywordsystem dynamicid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record