Show simple item record

dc.contributor.advisorFirdaus, Muhammad
dc.contributor.authorParamita, Heidi
dc.date.accessioned2023-11-15T07:57:35Z
dc.date.available2023-11-15T07:57:35Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/132360
dc.description.abstractKondisi moneter Indonesia mengalami fluktuasi yang cukup signifikan pada saat dan sesudah terjadinya krisis moneter. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada bulan Juli 1997 menyebabkan terjadinya ketidakstabilan perekonomian Indonesia. Pada tahun 1 997 tingkat inflasi adalah sebesar 11, 10 persen. Sementara itu, pada tahun 1998 tingkat inflasi meningkat tajam menjadi sebesar 77,60 persen. Menurut Siregar ( 1999), penyebab terjadinya krisis keuangan Asia adalah lemahnya kualitas lembaga-lembaga keuangan yang dipengaruhi oleh penerapan suku bunga. Manajemen moneter yang bertumpu pada suku bunga mengakibatkan tingginya tingkat inflasi dan tidak stabilnya nilai tukar. Perkembangan sistem bagi hasil syariah yang semakin membaik mengindikasikan bahwa sistem bagi hasil syariah dapat menjadi upaya altematif dalam mempengaruhi kondisi moneter Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti keterkaitan jangka panjang antara bagi hasil syariah dengan kondisi monetr Indonesia (money supply (M2), tingkat bunga SBI 1 bulan, nilai tukar dan tingkat inflasi). Berdasarkan uji kointegrasi dan estimasi Vector Autoregression (VAR) serta Vector Error Correction Model (VECM), dapat disimpulkan bahwa bagi hasil syariah memiliki keterkaitan jangka panjang dengan money supply (M2), tingkat bunga SBI 1 bulan, nilai tukar dan tingkat inflasi. Hasil dari variance decomposition (VD) mengindikasikan bahwa inovasi money supply (M2), tingkat bunga SBI 1 bulan, nilai tukar dan tingkat inflasi pada beberapa periode ke depan lebih banyak dijelaskan masing-masing oleh inovasi pada variabel itu sendiri. Namun dibandingkan dengan tingkat bunga SBI 1 bulan, inovasi pada bagi hasil syariah lebih besar pengaruhnya terhadap perubahan tingkat bunga SBI 1 bulan, nilai tukar dan tingkat inflasi. Hasil IRF dengan responnya adalah bagi hasil menunjukkan bahwa tingkat bunga SBI 1 bulan, nilai tukar dan tingkat inflasi tidak mempengaruhi bagi hasil syariah. Sementara itu, jumlah uang beredar mempunyai pengaruh yang tidak permanen terhadap bagi hasil syariah. Di lain pihak, berdasarkan hasil IRF dengan responnya adalah besaran-besaran moneter, bagi hasil syariah memiliki pengaruh jangka panjang terhadap money supply (M2), tingkat bunga SBI 1 bulan, nilai tukar dan tingkat inflasi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bagi hasil syariah cukup efektif dalam mencapai stabilitas money supply (M2), tingkat bunga SBI 1 bulan, nilai tukar dan tingkat inflasi. Oleh karena itu, otoritas moneter yaitu Bank Indonesia sebaiknya berupaya menerapkan manajemen moneter altematif melalui penggunaan variabel tingkat bagi hasil syariah dalam mencapai stabilitas moneter.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddc: Bagi Hasil Syariahid
dc.subject.ddcMoneter Indonesiaid
dc.titleAnalisis Keterkaitan Bagi Hasil Syariah dengan Kondisi Moneter Indonesiaid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record