Show simple item record

dc.contributor.advisorEffendi, Yekti Hartati
dc.contributor.advisorBriawan, Dodik
dc.contributor.authorNurhayati, Susiana Dewi
dc.date.accessioned2023-11-13T01:32:27Z
dc.date.available2023-11-13T01:32:27Z
dc.date.issued1997
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/131738
dc.description.abstractTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: jenis bahan pangan yang dikonsumsi; konsumsi energi dan zat gizi (protein, zat besi dan vitamin C); keragaan status gizi dan status anemia; kebiasaan makan dan hubungan konsumsi pangan dan zat gizi dengan status anemia pada remaja wanita. Penelitian dilaksanakan di SMU Negeri 4, Kecamatan Bogor Selatan, Kotamadya Bogor, Jawa Barat, dari bulan Agustus sampai September 1996. Contoh penelitian adalah siswa wanita kelas 1,2 dan 3 yang berumur 15-18 tahun. Data yang dikumpulkan adalah data primer, meliputi identitas individu (umur, TB, BB, kadar Hb darah, konsumsi dan frekuensi konsumsi pangan) dan data identitas keluarga (pendidikan ibu, jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga).. Data primer dikumpulkan dengan mengajukan daftar pertanyaan dan wawancara. Data konsumsi diperoleh dengan cara pencatatan konsumsi selama tujuh hari berturut- turut. Data berat badan (BB) diperoleh dari pengukuran BB dengan timbangan injak merk "Krubs" ketelitian 0,5 kg. Pengambilan data tinggi badan (TB) digunakan alat pengukur "mikrotoise". Sedangkan data kadar Hb diperoleh dari pengambilan darah contoh yang kemudian dianalisa dengan metode Cyanmet hemoglobin oleh paramedis dari klinik "Nugraha", Bogor. Data identitas individu dan keluarga contoh ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif dan statistik. Data konsumsi pangan dihitung nilai energi dan zat gizinya (protein, zat besi dan vitamin C) dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (1993). Konversi konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi ini dibantu dengan komputer program Food Processor. Tingkat konsumsi diperoleh dari konsumsi aktual yang dibagi kecukupan. Kecukupan energi dan protein dihitung menurut FAO, WHO, UNU, (1985). Kecukupan vitamin C untuk remaja berumur 13-18 tahun (60 mg) sedangkan kecukupan zat besi menurut bioavailabilitas atau daya manfaat zat besi yaitu tinggi (15%), sedang (10%) dan rendah (5%) (WKNPG, 1993). Gambaran deskriptif disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik. Analisis statistik dilakukan menggunakan regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan jenis pangan yang dikon- sumsi adalah sayuran (kangkung, bayam, kacang panjang, sawi dan daun singkong), bahan pangan hewani (ikan, telur, daging sapi, daging ayam dan hati), dan jenis buah-buahan (pepaya, pisang dan jeruk). Sedangkan konsumsi pangan hewani (bad) rata-rata contoh adalah 70,05 gram/hari. Bioavailabilitas zat besi contoh terbanyak pada kategori 'sedang yaitu bdd antara 30-90 gram/hari; yaitu kecukupan zat besi adalah 12 fig/hari untuk umur 15 tahun dari 13 mg/hari untuk umur 16-18 tahun. Konsumsi energi dan protein mempunyai variasi antara individu satu dengan yang lain. Variasi ini lebih rendah dibandingkan konsumsi zat besi dan vitamin C. Variasi konsumsi energi inter individu selama tujuh hari berkisar antara 21-31%; protein 19-42%; zat besi 34-83% dan vitamin 43-190%. Sedangkan variasi konsumsi intra individu untuk energi sebesar 24%, protein 32%, zat besi 65% dan vitamin C 183%. Variasi konsumsi intra individu dan inter individu untuk zat besi dan vitamin C lebih besar dibanding energi dan protein. Tingkat konsumsi rata-rata energi 94,9%, protein 98,9%, zat besi 138% dan vitamin C 172%. Dari penelitian ini ditemukan bahwa dengan indeks BB- TB sebanyak 97,5% contoh tergolong normal dan sisanya (2,5%) tergolong kurus. Dengan menggunakan indeks TB-U, ditemukan sebanyak 80% contoh tergolong normal dan sebanyak 20% termasuk pendek. Status anemia berdasarkan klasifikasi WHO, 75% contoh normal (tidak anemia) dan sisanya (25%) anemia. Skor frekuensi pangan sumber zat besi pada 75% contoh adalah rendah, dan 8 orang (25%) mempunyai skor tinggi. Skor rendah yaitu skor konsumsi zat besi per hari kurang dari 12 mg. Dan skor tinggi artinya konsumsi zat besi lebih dari 13 mg/hari (WKPG, 1993). Dari hasil perhitungan rata-rata skor frekuensi pangan sumber zat besi adalah 8,08; yang artinya konsumsi zat besi rata-rata adalah 8,08 mg/hari. Sehingga apabila dilihat dari kecukupan per hari, rata-rata konsumsi zat besi ini hanya cukup untuk contoh yang berumur 15 tahun dengan bioavailabilitas tinggi (7,5% contoh). Konsumsi zat gizi (zat besi hem, zat besi non hem, protein dan vitamin C) tidak selalu berpengaruh terhadap meningkatnya hemoglobin darah. Hal ini didukung oleh hasil uji regresi sederhana antara hemoglobin darah dengan konsumsi zat gizi (zat besi hem, zat besi non hem, protein dan vitamin C) yang pada taraf 0,1 terdapat hubungan tidak nyata.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcNutrition - Consumptionid
dc.titleKeragaan konsumsi pangan, status gizi dan status anemia pada remaja wanitaid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordstatus giziid
dc.subject.keywordstatus anemiaid
dc.subject.keywordremaja wanitaid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record