Budaya Kemiskinan di Perkotaan (Kajian pada Komunitas Taru, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat)
Abstract
Kompleksitas wujud kemiskinan dari waktu ke waktu turut memperluas
ukuran kemiskinan, tidak hanya dari segi ekonomi semata, namun diperlukan
pendekatan budaya untuk memahami realitas sosial masyarakat. Budaya
kemiskinan merupakan salah satu bentuk dimensi kemiskinan yang dicirikan
dengan seperangkat nilai, keyakinan, dan sikap negatif yang diwariskan antar
generasi dalam menjalankan praktik sosial yang mengakibatkan langgengnya
kemiskinan yang dihadapi. Penelitian dilakukan dengan metode sensus
terhadap rumah tangga miskin sebagai unit analisis, dan menggunakan
pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa budaya kemiskinan yang tercermin dalam sikap pesimis,
preferensi kerja untuk sekedar hidup, berorientasi kuat ke masa lampau, serta
sikap boros pada rumah tangga miskin di Komunitas Taru nyatanya tidak
memiliki hubungan signifikan dengan tingkat kemiskinan rumah tangga.
Sebaliknya, budaya kemiskinan muncul sebagai suatu respons alami terhadap
kondisi miskin yang dihadapi oleh rumah tangga, sekaligus berfungsi sebagai
mekanisme adaptif yang membantunya menghadapi tantangan-tantangan
ekonomi. The complexity of the poverty form in over time has also expanded the size
of poverty, not only from an economic perspective, but a cultural approach is
needed to understand the social reality of society. The culture of poverty is a
form of poverty dimension which is characterized by a set of negative values,
beliefs and attitudes that are passed down between generations in carrying out
social practices which result in the persistence of the poverty faced. The
research was conducted using a census method with impoverished households
as the unit of analysis, employing a quantitative approach supported by
qualitative data. The research findings indicate that the culture of poverty, as
reflected in a pessimistic attitude, a preference for working merely to subsist,
a strong orientation towards the past, and profligate behavior in Taru
Community’s impoverished households, does not exhibit a significant
relationship with household poverty levels. Instead, the culture of poverty
emerges as a natural response to the impoverished conditions faced by
households, simultaneously functioning as an adaptive mechanism to help
them confront economic challenges.