Show simple item record

dc.contributor.advisorNurjaya, I Wayan
dc.contributor.advisorRealino, B.
dc.contributor.authorMintoro, Sanji Huring
dc.date.accessioned2023-11-07T04:23:50Z
dc.date.available2023-11-07T04:23:50Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130948
dc.description.abstractUpwelling merupakan fenomena alam dimana terangkatnya massa air laut dari lapisan bawah ke lapisan atas. Fenomena ini bisa terjadi di laut terbuka maupun di dekat pantai. Upwelling yang terjadi di pantai akibat adanya pergerakan massa air yang menjauhi pantai. Pergerakan ini mengakibatkan di dekat pantai terjadi kekosongan massa air, sehingga massa air yang berada pada lapisan di bawahnya akan mengisi kekosongan tersebut. Sedangkan upwelling yang terjadi pada tengah samudera karena adanya arus yang memisah sehingga menyebabkan daerah divergensi. Pada daerah ini massa air akan terangkat ke atas karena dua massa air bergerak berlawanan. Upwelling ini terjadi tetap sepanjang tahun hanya intensitasnya yang berubah. Perairan Selat Bali merupakan daerah yang potensial untuk terjadi upwelling karena pengaruh Arus Khatulistiwa Selatan dan angin muson tenggara yang intensif pada musim timur. Upwelling yang terjadi pada perairan ini akibat pengisian kekosongan oleh massa air yang ada pada lapisan bawah. Massa air yang berasal dari bawah ini umumnya mempunyai karakteristik seperti, suhu rendah, salinitas tinggi, DO rendah, dan kandungan zat hara (fosfat, nitrat, silikat) tinggi. Fitoplankton yang berkumpul karena perairan yang kaya akan kandungan zat hara akan menyebabkan kandungan klorofil-a perairan besar. Penggunaan teknologi penginderaan jauh dilakukan untuk lebih mudah mengamati SPL dari suatu perairan yang akan dipelajari sebagai daerah upwelling. Karena teknologi ini mencakup wilayah yang luas dan efisensi terhadap waktu. Tetapi dukungan data-data insitu oseanografi tetap diperlukan. Dari analisis data Citra NOAA-16/AVHRR dan dukungan analisis data oscanografi yaitu suhu, salinitas, DO, klorofil-a, dan tinggi muka laut. Pada bulan Oktober perairan Selat Bali masih terlihat mengalami upwelling walaupun angin muson barat mulai berpengaruh, berarti pula musim timur yang mempengaruhi perairan ini mulai digantikan oleh musim barat, tetapi pengaruhnya belum begitu besar. Dari hasil penelitian pada bulan Oktober di Selat Bali, perairan Selat Bali pada tanggal 1 Oktober yang diduga terjadi upwelling (stasiun 10) mempunyai SPL berdasarkan Citra NOAA-16, yaitu 23-26 °C, suhu konvensional sebesar 23-24 °C. suhu pengukuran CTD sebesar 25,2-25,4 °C, salinitas pengukuran CTD sebesar 32 - 34 psu, terjadi kenaikkan kedalaman lapisan pegat yang ditunjukkan oleh perbandingan termoklin dan haloklin stasiun 5 dan stasiun 10 dimana kedalaman lapisan termoklin maupun haloklin stasiun 5 berada dekat permukaan dibandingkan stasiun 10, kandungan fosfat sebesar 0,02-0,07 ug-at P/1, kandungan silikat sebesar 5,5 ug-at Si/l, kandungan oksigen 6,75 ml/l, dan konsentrasi klorofil 0,66 mg/m³. Tinggi muka laut perairan dekat pantai 10 cm dibawah permukaan laut.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcUpwellingid
dc.subject.ddcPerairanid
dc.subject.ddcSelat Baliid
dc.titleStudi Upwelling di Perairan Selat Bali Bulan Oktober 2004id
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record