Show simple item record

dc.contributor.advisorSusilo, Setyo Budi
dc.contributor.advisorPurwanto, Joko
dc.contributor.authorWibowo, Agung Cokro
dc.date.accessioned2023-11-07T04:08:15Z
dc.date.available2023-11-07T04:08:15Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130946
dc.description.abstractMangrove merupakan vegetasi dominan pada ekosistem estuari daerah tropis yang memiliki sumber daya pesisir dengan keanekaragaman yang tinggi. Akibat kegiatan-kegiatan manusia baik didaerah pedalaman maupun daerah sekitar wilayah pantai/pesisir telah membuat ekosistem pantai/pesisir seperti mangrove mengalami penurunan mutu. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk evaluasi perencanaan pengelolaan ekosistem mangrove adalah dengan Penginderaan Jarak Jauh (Inderaja) dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat kesesuaian lahan pada ekosistem hutan mangrove buatan di Kecamatan Blanakan dan ekosistem mangrove alami di Kecamatan Legon Kulon, Kabupaten Subang, Jawa Barat menentukan pemanfaatan secara optimal dan lestari. Penelitian ini dilakukan pada wilayah pesisir Kecamatan Blanakan dan Kecamatan Legon Kulon Kabupaten Subang, Jawa Barat dan dimulai dari bulan juli 2004 dengan memanfaatkan citra satelit ASTER akuisisi data 12 juni 2003. Pengolahan dan analisis data terdiri dari dua tahap yang berbeda yaitu penggunaan metode remote sensing dan metode Sistem Informasi Geografis (SIG). Analisis data mangrove dengan metode penginderaan jarak jauh dapat dilakukan dengan metode penentuan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). Analisis Sistem Informasi Geografis dilakukan dengan melakukan klasifikasi berdasarkan tingkat kesesuaian lahan. Analisis nilai kesesuaian lahan diperoleh dengan melakukan pendekatan matematis melalui cara perkalian dan penjumlahan parameter. Dari hasil pengolahan data yang didapat dengan menggunakan analisis kesesuaian untuk lahan mangrove dengan metode SIG, didapatkan hasil yaitu kondisi lahan pada ekosistem buatan di Kecamatan Blanakan memiliki tingkat kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) karena memiliki parameter pembatas yang kurang menunjang perkembangan vegetasi mangrove. Parameter yang membatasi bagi perkembangan mangrove di kecamatan Blanakan dalam penelitian ini adalah suplai air yang masuk kedalam ekosistem, baik air tawar maupun air laut yang terjadi karena kurang baiknya penataan dan pengelolaan ekosistem buatan bagi vegetasi mangrove. Kondisi ekosistem Pada Kecamatan Legon Kulon yang merupakan ekosistem alami memiliki tingkat kesesuaian lahan sesuai (S1), sehingga kondisi lahan dianggap sangat baik bagi perkembangan vegetasi mangrove. Hasil analisis nilai indeks vegetasi dengan metode penginderaan jarak jauh menunjukkan hasil yang sama dengan hasil analisis SIG. Pada Kecamatan Blanakan yang merupakan ekosistem buatan, warna kuning lebih mendominansi pada wilayah…dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcPenginderaan Jarak Jauhid
dc.subject.ddcSistem Informasi Geografisid
dc.subject.ddcMangrove Buatanid
dc.titleAplikasi Penginderaan Jarak Jauh dan Sistem Informasi Geografis dalam Penentuan Kesesuaian Lahan Mangrove Buatan dan Alami di Kabupaten subang, Jawa Baratid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record