Show simple item record

dc.contributor.advisorSari, Rita Katika
dc.contributor.authorAlfalahi, Kanang
dc.date.accessioned2023-11-06T06:35:17Z
dc.date.available2023-11-06T06:35:17Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130719
dc.description.abstractDi hutan tropika Indonesia terdapat sekitar ± 30.000 spesies tumbuhan berbunga, jauh melebihi jumlah spesies tumbuhan di daerah-daerah tropika lainnya di dunia dan diantara tumbuhan tersebut terdapat ± 1.260 jenis tumbuhan obat (Zuhud 1994). Salah satu tumbuhan obat yang banyak digunakan masyarakat tradisional secara luas adalah pulai (Alstonia scholaris R. Br). Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut diduga kulit kayu pulai mengandung komponen bioaktif dan kulit kayu pulai berpotensi sebagai obat yang terbukti di Nepal, alkaloid akarnya dikatakan berkhasiat hipotensif dan antikanker (IptekNet 2005). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar zat ekstraktif yang larut dalam pelarut netral yang digunakan serta toksisitas ekstrak kulit batang pulai (4. scholaris R. Br.) terhadap Artemia salina Leach. dan mengetahui jenis senyawa kimia dalam ekstrak tertoksik. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, dan Laboratorium Kimia Instrumentasi Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, dan waktu penelitian selama 4 bulan, yakni pada bulan Oktober 2004-Januari 2005. Bahan yang digunakan adalah kulit batang pulai (Alstonia scholaris R. Br). Penelitian dilakukan beberapa tahap, tahap awal dilakukan ekstraksi bertingkat terhadap kulit batang pulai menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat, dan metanol. Selanjutnya ekstrak diuji toksisitasnya dengan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dan data yang diperoleh diolah dengan probit analisis. Fraksi tertoksik kemudian dianalisis dengan Gas Chromatography Mass Spectroscopy (GC-MS) untuk mengetahui jenis senyawa kimianya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kulit batang pulai (Alstonia scholaris R. Br) mengandung ekstrak larut n-heksan 1,27% yang bersifat nonpolar, ekstrak larut etil asetat 1,25% yang bersifat semipolar, dan ekstrak larut metanol 1,60% yang bersifat polar. Dari ketiga pelarut tersebut ternyata yang dapat mengekstrak kulit pulai paling banyak adalah metanol sehingga diketahui bahwa senyawa yang dominan adalah bersifat polar. Berdasarkan uji klasifikasi toksisitas yang ditunjukkan dengan LC50-nya ternyata fraksi n-heksan (27,17 ppm) dan fraksi metanol (29,00 pmm) termasuk sangat toksik, sedangkan fraksi etil asetat (43,63 ppm) termasuk toksik. Dengan ditetapkan fraksi metanol sebagai yang tertoksik sehingga diduga mengandung senyawa antikanker. Berdasarkan hasil analisis kromatogram dan penelusuran dari data base NIST62.LIB, NIST12.LIB, dan WILLEY7.LIB Gas Chromatograpy Mass Spectroscopy ekstrak metanol kulit batang pulai menunjukkan bahwa terdapat minimal ada 21 jenis senyawa kimia dengan 6 senyawa yang dominan dalam ekstrak metanol kulit batang pulai dengan senyawa mirip Androstane-17-one yang persentase terbesar dan termasuk golongan steroid. Menurut literatur steroid termasuk senyawa antikanker. Sehingga diduga kulit batang pulai mengandung senyawa antikanker. Perlu dilakukan uji antikanker baik secara in vitro maupun in vivo terhadap ekstrak metanol kulit batang pulai. Perlu dilakukan isolasi dan identifikasi komponen bioaktif dalam fraksi metanol.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcBrine shrimp lethatityid
dc.subject.ddcAlstonia scholaris R.Brid
dc.titleUji Toksisitas Ekstrak Kulit Batang Pulai (Alstonia scholaris R.Br.) Menggunakan Brine Shrimp Lethality Testid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record