| dc.description.abstract | Krisis ekonomi baru-baru ini berdampak terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat, antara lain
penduduk miskin, meningkatnya pengangguran, meningkatnya harga kebutuhan pokok termasuk beras.
Meningkatnya harga beras telah menyebabkan banyak rumahtangga sulit memenuhi kebutuhan makanan dari beras: Pemerintah telah lama menganjurkan diversifikasi pangan terutama sumber karbohidrat, namun adanya budaya makan nasi sebagai indikator kemakmuran menyebabkan sebagian besar masyarakat sangat tergantung pada beras.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan rumahtangga dan besarnya penurunan pendapatan, melihat perubahan pengeluaran rumahtangga baik makanan maupun bukan makanan akibat terjadinya krisis ekonomi serta menelaah apakah terjadi perubahan konsumsi beras per kapita akibat kenaikan harga beras.
Metode penelitian bersifat deskriptif menggunakan data primer dan sekunder.
Sampel rumahtangga ditetapkan secara Cluster Sampling.
Data menunjukkan bahwa tingkat pendapatan rumahtangga dari beragam mata pencaharian di wilayah penelitian, Desa Tajur tergolong rendah; rata-rata per kapita sebesar 37.625,95 rupiah per bulan. Distribusi pendapatan menggunakan kriteria Bank Dunia tergolong merata, baik pada tingkat
pendapatan rumahtangga maupun pendapatan per kapita. Mengacu pada kriteria BPS tentang batas kemiskinan, maka Desa Tajur tergolong miskin, hanya PNS dan ABRI yang tidak tergolong miskin. | id |
