Analisis respon penawaran padi di propinsi Jawa Barat
Abstract
Padi adalah tanaman pangan utama, selain jagung, sagu, dan ubi-ubian. Terpilihnya padi sebagai sumber karbohidrat utama adalah karena kelebihan- kelebihan sifat tanaman padi dibandingkan tanaman sumber karbohidrat lainnya, antara lain (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) padi dapat disimpan lama, dan (3) lahan sawah relatif tidak mengalami erosi (Taslim dan Fagi, 1988). Karena itu padi memiliki kedudukan yang tinggi dalam sosial ekonomi masyarakat Indonesia, bahkan dalam kedudukan politik regional atau internasional sekalipun.
Produksi padi pada prinsipnya tergantung pada dua variabel, yaitu luas areal panen dan hasil per hektar (produktivitas). Luas areal panen padi di Jawa Barat adalah sebesar 16 persen dari total luas areal secara keseluruhan di Indonesia. Luas areal panen tanaman padi di Jawa Barat cenderung mengalami penurunan. Penurunan luas areal panen tersebut setidaknya disebabkan oleh dua faktor utama yaitu, (1) pertambahan penduduk yang relatif tinggi akan meningkatkan permintaan terhadap lahan perumahan dan infrastruktur, (2) industrialisasi diperkirakan akan cenderung berlokasi di Provinsi Jawa Barat yang memiliki fasilitas infrastruktur lebih baik, padahal selama ini produksi padi dalam negeri masih tergantung pada produksi di Jawa Barat.
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu penyumbang hasil padi terbesar
di Indonesia, keadaan tersebut didukung oleh kesuburan tanah yang cukup baik sehingga produksi cukup tinggi. Sektor pertanian merupakan sektor dominan terbesar ketiga dalam struktur perekonomian Jawa Barat, setelah sektor industri dan perdagangan (BPS, 2006). Oleh karena itu pembangunan ekonomi pada sektor pertanian merupakan faktor yang sangat penting yang dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan petani dan mensukseskan pemerataan pembangunan pedesaan.
Jumlah penduduk Indonesia terus meningkat dan berimplikasi pada peningkatan permintaan pangan, dalam hal ini beras. Masyarakat Indonesia adalah pengkonsumsi beras terbesar di dunia yakni sekitar 131 kg per kapita per tahun.
Untuk memenuhi konsumsi masyarakat yang begitu besar, dan akibat kapasitas produksi domestik yang tidak memadai, maka pemerintah melakukan impor beras. Dengan maraknya beras impor yang masuk ke Indonesia, menimbulkan kekhawatiran banyak pihak akan keberadaan beras domestik. Oleh karena itu perlu diketahui bagaimanakah respon petani untuk menanam padi. Selain itu juga perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya, baik lahan, tenaga kerja, maupun dana bagi berbagai pilihan usahatani ditentukan oleh respon petani terhadap harga, kebijakan pemerintah dan faktor-faktor lainnya yang terjadi di dunia nyata. Perlu juga diketahui faktor manakah yang paling mempengaruhi dalam penawaran padi. Respon petani tersebut sangat menentukan keberhasilan
peningkatan produksi, karena pada akhirnya petani yang akan mengambil keputusan terhadap produksi dan jenis kegiatan usaha yang dilakukan.
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) menduga nilai elastisitas (respon) penawaran padi terhadap harga padi dalam jangka pendek dan jangka panjang di wilayah produksi di Jawa Barat. (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi respon penawaran padi di provinsi Jawa Barat.
Data yang digunakan berupa data sekunder dengan deret waktu (time series) selama kurun waktu 25 tahun, dari tahun 1981-2005. Namun karena adanya peubah beda kala (lag) satu tahun, maka data untuk keperluan analisis berkurang satu tahun menjadi 24 tahun. Pengambilan data dilakukan secara sengaja dengan menentukan lokasi penelitian di Provinsi Jawa Barat.
Dalam menganalisis respon penawaran padi ini digunakan model analisis ekonometrika yaitu model penyesuaian parsial Nerlove yang umum digunakan pada berbagai studi respon penawaran. Pendugaan model tersebut dilakukan dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Hasil pendugaan persamaan menghasilkan nilai respon areal panen padi terhadap harga sendiri, respon produktivitas padi terhadap harga sendiri yang secara keseluruhandapat digunakan untuk menduga respon penawaran padi terhadap harga itu sendiri.
Hasil analisis model dugaan menunjukkan bahwa keragaman respon areal panen padi dapat dijelaskan oleh model sebesar 60,4 persen dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Variabel yang mempengaruhi respon areal panen secara signifikan adalah luas areal panen tahun sebelumnya dan harga bibit. Variabel yang mempunyai hubungan negatif dengan respon areal panen adalah: harga riil sayuran, harga riil bibit, harga riil pupuk kombinasi dan harga riil pestisida. Variabel lainnya memiliki hubungan yang positif dengan respon areal panen...
Collections
- UT - Management [3455]