Show simple item record

dc.contributor.advisorBaga, Lukman Mohammad
dc.contributor.authorHatiarsih, Rida
dc.date.accessioned2023-11-02T06:17:09Z
dc.date.available2023-11-02T06:17:09Z
dc.date.issued2007
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130231
dc.description.abstractAgroindustri produk susu olahan di Indonesia merupakan salah satu agroindustri yang dikembangkan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan konsumsi susu di kalangan masyarakat Indonesia yang semakin membaik. Potensi permintaan akan susu yang terus meningkat terutama didukung oleh peningkatan pendidikan dan pendapatan yang telah meningkatkan kesadaran masyarakat akan perlunya pemenuhan gizi yang baik dan seimbang. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi susu bubuk, selain menggunakan bahan baku lokal juga sebagian besar menggunakan bahan baku impor, terutama untuk bahan baku SMP dan AMF. Meskipun pemasok bahan baku tersebut dapat diandalkan, artinya proses pengiriman jarang sekali pesanan datang terlambat dan jumlah yang diantar selalu sama dengan jumlah yang dipesan. Dengan demikian, PT AIMI harus tetap senantiasa memperhatikan biaya persediaan, karena harga barang yang dibeli relatif mahal dan jumlahnya cukup besar. Data produksi dan penjualan susu bubuk di perusahaan mengalami peningkatan pertumbuhan produksi sebesar 10,74 persen dan penjualan sebesar 13,40 persen dari tahun 2005 sampai dengan 2006. Dengan meningkatnya jumlah permintaan konsumen terhadap produk susu bubuk, hal ini menjadikan peluang bagi perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen. Berdasarkan penjelasan tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis pengendalian persediaan bahan baku yang optimum, sehingga diperoleh biaya permesanan dan biaya penyimpanan yang minimum, (2) memberikan alternatif model pengendalian persediaan bahan baku bagi PT AIMI, sehingga dapat meminimumkan biaya persediaan bahan baku. Penelitian ini dilakukan di PT AIMI, Jakarta Timur. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data yang dibutuhkan untuk pengendalian persediaan bahan baku susu bubuk antara lain: penentuan jenis dan asal bahan baku yang selama ini digunakan perusahaan dalam memproduksi susu bubuk. Data lain yang dikumpulkan berupa sistem pemakaian, waktu tunggu dan pencatatan persediaan bahan baku perusahaan yang diperoleh dari divisi produksi, gudang dan administrasi. Seluruh data tersebut sangat diperlukan dalam pengendalian persediaan bahan baku dengan metode MRP teknik LFL, EOQ dan PPB. Permintaan persediaan di PT AIMI berdasarkan permintaan terikat yang berarti permintaannya tergantung dari permintaan produk susu bubuk, dimana bahan bakunya saling bergantungan satu dengan yang lainnya, sehingga dapat menghasilkan suatu produk susu bubuk. Produksi susu bubuk pada setiap bulaanya berbeda, karena disesuaikan dengan permintaan pelanggan. Perusahaan menggunakan sistem FIFO dalam pemakaian bahan baku bertujuan untuk menghindari penumpukkan bahan baku yang tiba terlebih dahulu, sehingga akan mengakibatkan kerusakan bahan baku yang pada akhirnya dapat merubah kualitas susu bubuk yang dihasilkan. Biaya persediaan yang terdapat di perusahaan, yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya penyimpanan dibedakan menjadi biaya penyimpanan variabel dan biaya penyimpanan tetap. Biaya pemesanan terdiri dari biaya telepon, quality control dan biaya pengawasan. Biaya penyimpanan variabel berupa biaya asuransi dan opportunity cost. Sedangkan biaya penyimpanan tetap biaya penyusutan palet, biaya listrik dan biaya pemeliharaan. Waktu tunggu pengadaan bahan baku SMP dan AMF selama 45 hari, sedangkan bahan baku FCMP selama 4 hari, mulai dari pemesanan dari pemasok sampai bahan baku tiba di pabrik dan siap dipakai. Analisis yang dilakukan meliputi analisis perbandingan terhadap tiap jenis bahan baku dan analisis penghematan antar metode pada keseluruhan bahan baku dengan kriteria biaya pemesanan, biaya pembelian, biaya penyimpanan dan biaya persediaan. Ketiga alternatif teknik pengukuran lot dalam metode MRP memiliki keunggulan dan kekurangan. MRP teknik LFL merupakan teknik yang konsisten dengan ukuran lot yang kecil, pesanan berkala, persediaan tepat waktu, tanpa persediaan pengaman dan permintaan terikat yang telah diketahui sebelumnya. Kelemahan teknik lot for lot ini menimbulkan resiko kekurangan bahan baku. Karena perusahaan tidak memerlukan persediaan bahan baku di gudang. Sehingga apabila terjadi fluktuasi permintaan, pemakaian bahan baku yang tidak terduga, terjadi kerusakan mesin dan keterlambatan penerimaan bahan baku dari pemasok, hal ini akan menyebabkan perubahan jadwal produksi maka siklus produksi di perusahaan akan terganggu. Metode EOQ memiliki keunggulan dalam hal mempermudah manajemen dalam menentukan jumlah pemesanan yang optimal dalam setiap kali pemesanan. Teknik BOQ ini juga memenuhi kebijakan perusahaan dalam tersedianya bahan baku dalam jumlah yang cukup.Berdasarkan hasil perbandingan dan penghematan teknik mengalami persentase tertinggi hanya pada biaya pemesanan sebesar 77,14 persen. Kelemahan teknik ini mengakibatkan biaya penyimpanan tinggi. Metode PPB lebih tepat digunakan jika biaya pemesanan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan biaya penyimpanan, sehingga akan lebih menguntungkan jika perusahaan melakukan pemesanan dalam jumlah yang besar dan melakukan penyimpanan dalam jumlah besar. Pada teknik tidak terjadi penghematan karena biaya lebih tinggi. Kelemahan teknik PPB mengakibatkan timbulnya persediaan yang cukup besar dalam jangka waktu cukup lama dan resiko kerusakan bahan baku menjadi lebih tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan dari ketiga teknik yang diterapkan, maka metode MRP dengan teknik LFL mengalami penghematan pada semua kriteria, kecuali pada biaya pemesanan bahan baku. Teknik LFL mengalami penghematan sebesar Rp 371.661.872 (59,86 persen). Hal ini sesuai dengan teori teknik LFL, yaitu berupaya meminimumkan persediaan bahan baku bahkan menghilangkan persediaan. Sehingga teknik LFL dapat direkomendasikan pada perusahaan sebagai metode pengendalian persediaan. Hal ini disebabkan karena secara keseluruhan teknik LFL dari segi penghematan biaya, dapat diterapkan pada perusahaan jangka pendek selama permintaan konsumen berdasarkan pesanan. sehingga produksi dapat diperkirakan. Alternatif lain untuk mencapai optimalisasi persediaan bahan baku yang lebih akurat dapat dilakukan analisis dengan Linear Programming atau Goal Programming.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcBiaya persediaanid
dc.subject.ddcPengendalian persediaanid
dc.titleAnalisis pengendalian persediaan bahan baku susu bubuk pada PT. Australia Indonesian Milk Industries (PT.AIMI), Jakartaid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record