dc.description.abstract | Masyarakat yang terpenuhi kebutuhan pangarmya dalam jumlah dan mutu yang seimbang se1ia beragam akan lebih berkualitas. Hal ini dikarenakan setiap bahan pangan mengandung zat gizi yang berlainan baik jumlah maupun mutunya sehingga dengan mengkonsumsi pangan yang beragam maka kekurangan zat gizi dari satu bahan pangan akan dilengkapi dengan zat gizi dari bahan pangan lain yang dikonsumsi.
Perbedaan sosial ekonomi dan budaya suatu masyarakat dapat mempengaruhi mutu konsumsi pangan masyarakat tersebut. Diduga terdapat perbedaan sosial ekonomi masyarakat di perkotaan dan perdesaan. Penelitian ini be1iujuan untuk mempelajari keterkaitan antara faktor sosial ekonomi
dengan mutu konsumsi pangan keluarga diperkotaan dan perdesaan.
Penelitian ini menggunakan data hasil survei Studi Model Perencanaan Konsumsi Pangan bagi
Keluarga Berpenghasilan Rendah di Kelurahan Tegallega, Kotamadya Bogor dan Desa Cibitungkulon,
Kabupaten Bogor. Ktiteria keluarga contoh dalam penelitian ini adalah terdapat ibu rumah tangga
dalam keluarga. Datayang digunakan dalam penelitian ini adalah identitas keluarga, anthropometr·i dan konsumsi pangan keluarga. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisa secara statistik.
Penilaian mutu konsumsi pangan dihampiri dengan pengukuran NPU dan keragaman pangan dengan memakai skala Guthrie.
Dari hasil uji beda-t menunjukkan bahwa pendapatan keluarga, besar keluarga, pendidikan ibu
rumah tangga dan mutu konsumsi pangan di perkotaan dan perdesaan berbeda nyata secara statistik.
Mutu konsumsi pangan yang dihampiri perhitungan NPU di perkotaan dan perdesaan termasuk kategori baik (nilai NPU 2-: 70). Diketahui pula bahwa rata-rata nilai NPU di perkotaan lebih tinggi dari pada di perdesaan. Hal ini dikarenakan konsumsi pangan sumber protein hewani keluarga di
perkotaan lebih tinggi dari pada di perdesaan. Basil penelitian Hardinsyah (1988) menunjukkan
bahwa penduduk yang rnengkonsumsi protein hewani lebih tinggi rnaka kualitas konsumsi pangannya (secara NPU teoritis) lebih tinggi pula.
Sementara itu, mutu konsurnsi pangan yang dihampiri dengan keragaman jenis pangan termasuk dalam kategori sedang. Seperti halnya nilai NPU, nilai rata rata keragaman pangan keluarga di
perkotaan pun terlihat lebih tinggi dibandingkan dipedesaan. Hal ini diduga karena tingkat
pendapatan keluarga di perkotaan lebih tinggi dari pada di perdesaan. Penelitian Hardinsyah,
Setiawan dan Baliwati (1987) menunjukkan bahwa pendapatan yang tinggi akan memberi peluang yang lebih besar dalam memilih makanan baik jumlah maupun jenis. | id |