dc.description.abstract | Jaminan akan keaslian dan mutu madu di pasaran dalam negeri sudah ada melalui standar SNI madu tahun 2004 yang sudah direvisi tetapi belum sepenuhnya efektif digunakan terutama untuk madu-madu rakyat yang diproduksi secara tradisional dimana standarisasi mutu belum dilakukan sepenuhnya, sehingga kecurigaan masyarakat akan pemalsuan madu selalu ada. Kecurigaan adanya pemalsuan madu menyebabkan masyarakat sering melakukan pengujian sendiri dengan metode-metode konvensional karena lebih praktis daripada pengujian laboratorium disamping mahalnya biaya pengujian. Salah satu metode sederhana yang dapat digunakan untuk pengujian keaslian madu adalah uji larut.
Madu yang dijual di supermarket belum sepenuhnya terjamin keasliannya. meskipun dalam seleksi penerimaan produknya cukup ketat, oleh sebab itu perlu diteliti berapa besar persentase keaslian madu yang dijual di supermarket.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat keakuratan metode uji larut untuk pengujian keaslian madu serta mengetahui keaslian madu yang dijual di beberapa supermarket di Kota Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2004 di Bagian Non Ruminansia dan Satwa Harapan dan Bagian Ruminansia Besar. Departemen Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan, IPB dan Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Bogor.
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan yaitu: (1) pengujian keakuratan metode uji larut dengan membandingkan hasil pengamatan dengan uji kimia yang dilakukan. Pengujian kimia meliputi pengukuran kadar HMF, kadar sukrosa dan pengukuran pH, dan (2) studi kasus keaslian madu yang dijual di supermarket dengan menggunakan metode uji larut. Data yang didapat dideskripsikan dan dibuat tabel hasil uji yang dapat menggambarkan tingkat keakuratan uji larut dan keaslian madu yang dijual di supermarket Kota Bogor.
Studi keakuratan menunjukkan bahwa metode uji larut memiliki tingkat akurasi sebesar 83,3%. Uji kimia yang paling mendukung atau sesuai untuk uji kelarutan adalah uji sukrosa, dibandingkan dengan uji HMF dan pH. Penelitian keaslian madu yang dijual di supermarket menunjukkan dari delapan
contoh madu yang diuji, empat diantaranya (50%) dicurigai adanya pemalsuan
berdasarkan uji kelarutan. | id |