Pengaruh Lateks Pepaya dan Fungisida Mankozeb dengan Kombinasi Perlakuan Suhu Terhadap Perkembangan Penyakit Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides (Penz) Sacc.) pada Buah Pepaya IPB-1
View/ Open
Date
2005Author
Hutari, Subekti Tyas
Sujiprihati, Sriani
Poernomo W.S., Bonny
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membandingkan pengaruh
lateks pepaya sebagai fungisida botani yang berpotensi untuk menekan
perkembangan penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum
gloeosporioides sehingga mampu mengurangi ataupun menggantikan penggunaan
fungisida sintetik (Mankozeb) dengan kombinasi perlakuan infiltrasi suhu air panas.
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Cimahpar dan Kebun Percobaan IPB Tajur.
Bogor serta di Laboratorium Mikologi Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan,
Laboratorium Research Group on Crop Improvement (RGCI) dan Laboratorium
Ekofisiologi Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor pada bulan Februari-Desember 2004.
Penelitian terdiri dari empat kegiatan pengujian, yaitu isolasi C.
gloeosporioides secara in vitro, pengujian pengaruh infiltrasi suhu air panas (ISAP)
terhadap buah pepaya, pengujian pengaruh fungisida Mankozeb dan lateks pepaya
terhadap pertumbuhan C. gloeosporioides secara in vitro, serta pengujian buah
pepaya secara in vivo. Pada pengujian ke-1, 2 dan 3 digunakan rancangan acak
lengkap, sedangkan pada pengujian ke-4 digunakan rancangan acak lengkap dua
faktorial.
Pada pengujian ke-1, isolasi C. gloeosporioides secara in vitro dilakukan
untuk memperoleh isolat murni·C. gloeosporioides. Isolat murni C. gloeosporioides
kemudian diamati tingkat infeksi serangannya melalui uji patogenisitas. Pada
pengujian ke-2, pengaruh infiltrasi suhu air panas terhadap buah pepaya terdiri atas
dua faktor ISAP, yaitu ISAPI bersuhu 42 °C selama 30 menit dan ISAP2 bersuhu
42 °C selama 30 menit (tahap ke-1) dan 49 °C selama 20 menit (tahap ke-2). Kedua
faktor ISAP diamati terhadap perubahan susut bobot buah. Susut bobot perlakuan
ISAP yang terkecil selanjutnya akan digunakan pada pengujian ke-4 sebagai ISAP
terbaik. Pada pengujian ke-3, pengaruh konsentrasi Mankozeb 0.2% (b/v) dan 3
konsentrasi lateks pepaya yaitu 2, 3, dan 4% (b/v) yang disimpan pada 3 suhu dan
masa simpan yaitu cool refrigerator selama 1 hari masa simpan (HMS), freezer
selama 1 HMS, dan termos es selama 0 HMS. Semua kombinasi perlakuan
fungisida Mankozeb dan lateks menghasilkan 10 kombinasi perlakuan secara in
vitro. Pengamatan dilakukan terhadap persentase penghambatan pertumbuhan C.
gloeosporioides selama 8 hari setelah perlakuan (HSP). Konsentrasi lateks yang
disimpan pada suhu dan masa simpan terbaik selanjutnya akan digunakan pada
pengujian ke-4. Pada pengujian ke-4, buah pepaya secara in vivo diberi perlakuan
kombinasi ISAP terbaik dengan konsentrasi Mankozeb 0.2% (b/v), konsentrasi
lateks yang disimpan pada suhu dan masa simpan terbaik dan kontrol (kontrol
suhu). Kombinasi perlakuan tersebut kemudian diinteraksikan dengan 2 faktor
inokulasi, yaitu inokulasi positif dan tanpa inokulasi (inokulasi negatif). Kontrol
tanpa perlakuan (kontrol netral) digunakan untuk mengamati pengaruh ISAP,
fungisida dan inokulasi. Pengamatan dilakukan tiap hari terhadap susut bobot, skor.