Show simple item record

dc.contributor.advisorSyarief, Rizal
dc.contributor.authorHarvita, Ginea
dc.date.accessioned2023-10-30T13:59:31Z
dc.date.available2023-10-30T13:59:31Z
dc.date.issued2007
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/129170
dc.description.abstractTempe merupakan produk pangan asli Indonesia yang dihasilkan dari proses fermentasi kedelai menggunakan kapang Rhizopus sp. Tempe kaya akan protein sehingga keberadaannya dapat dijadikan alternatif sumber protein nabati yang terjangkau oleh berbagai lapisan masyarakat mengingat harga tempe yang relatif murah. Berbagai pembinaan dan pelatihan untuk mengembangkan industri kecil tempe telah dilakukan atas kerjasama KOPTI dengan perguruan tinggi dan berbagai lembaga penelitian. Namun sejak krisis ekonomi pada tahun 1997 yang melandai Indonesia, banyak terjadi penurunan kinerja pada industri kecil ini. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kajian secara menyeluruh untuk mengetahui kinerja industri kecil tempe saat ini yang dilihat dari beberapa parameter yaitu penyediaan bahan baku, proses pembuatan tempe, pemasaran tempe dan aspek sosial dan ekonomi. . Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keadaan industri kecil tempe saat ini secara menyeluruh mulai dari pengadaan bahan baku dan penolong, proses produksi, sarana dan prasarana pendukung, pemasaran produk tempe, sumberdaya manusia hingga kelembagaan. Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian survei dan pengrajin tempe sebagai responden. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini dilakukan di Pulau Jawa dan Propinsi Lampung dengan alasan berdasarkan literatur, wilayah tersebut merupakan sentra produksi tempe. Sebanyak 54% responden berusia 25-40 tahun. Dari tingkat pendidikan, sebagian besar responden (50.9%) berpendidikan SD. Sekitar 63.7% responden memiliki keahlian membuat tempe dari orang tua mereka secara turun temurun. Berdasarkan pemakaian kedelai per hari, skala produksi para pengrajin terbagi dalam tiga kategori, yakni skala kecil (kurang dari 50 kg kedelai), skala menengah (antara 50-100 kg kedelai) dan skala besar (lebih dari 100 kg kedelai). Berdasarkan hasil survei, sebagian besar (44.3%) responden memiliki skala produksi menengah, 33.9% berskala kecil dan 21.8% berskala besar. Hasil survei menunjukkan bahwa seluruh (100%) responden menggunakan kedelai impor sebagai bahan baku pembuatan tempe dengan alasan antara lain: a) ukuran biji lebih besar dan seragam serta kulit tipis, b) kedelai mudah diperoleh, c) kedelai cukup bersih dan harga relatif stabil. Saat ini, distribusi kedelai impor tidak lagi dimonopili oleh BULOG melainkan dijual secara bebas di pasaran. Oleh karena itu peranan KOPTI sebagai penyalur kedelai saat ini mulai menurun. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar KOPTI yang menutup usahanya karena tidak mampu bersaing dengan swasta. Dalam penggunaan inokulum, sebagian besar (96.7%) pengrajin menggunakan inokulum instan produksi LIPI. Para pengrajin tidak menemukan kendala dalam pengadaan kedelai dan inokulum...id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.titleIdentifikasi kinerja industri kecil tempe di Pulau Jawa dan Lampungid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordfermentasi kedelaiid
dc.subject.keywordkapang Rhizopus sp.id
dc.subject.keywordsumber protein nabatiid
dc.subject.keywordproses pembuatan tempeid
dc.subject.keywordpemasaran tempeid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record