dc.description.abstract | Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tahun 2004-2008 masih belum
bisa melewati angka 7 persen, dimana angka tersebut cukup jauh jika
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi negara China dan India yang
notabene merupakan sesama negara Asia padat penduduk (World Bank, 2010).
Dalam hal ini, sektor industri non migas memiliki kontribusi yang tinggi pada
PDB nasional 2008 yaitu sebesar 24,50 persen (Depperin, 2008). Sektor ini juga
memberikan nilai ekspor yang sangat besar terhadap total ekspor komoditas non
migas Indonesia, yaitu sebesar 75 persen (BAPPENAS, 2010). Klaster industri
TPT dan alas kaki serta elektronika dan komponen elektronika merupakan dua
klaster industri yang penting karena termasuk dalam klaster industri pendorong
pertumbuhan ekonomi (KADIN, 2007) dan juga memiliki nilai ekspor yang
tinggi. Dari ekspor hasil olahan industrinya, kemeja pria dari katun yang tidak
disulam atau dirajut merupakan komoditas yang memiliki nilai ekspor paling
besar dalam TPT dan alas kaki. Untuk klaster elektronika dan komponen
elektronika, komponen kamera merupakan komoditas dengan nilai ekspor
terbesar.
Selama tahun 2004-2008 nilai ekspor dari klaster industri TPT dan alas
kaki serta elektronika dan komponen elektronika terus meningkat. Namun
ternyata pada periode yang sama nilai impor kedua klaster ini juga meningkat
tajam, terutama di tahun 2008. Selain itu pada komoditas kemeja pria dari katun
yang tidak dirajut atau disulam serta komponen kamera selama tahun 2004-2008
memiliki nilai dan volume ekspor yang berfluktuaktif, hal ini dapat dipengaruhi
oleh kondisi dan karakteristik dari negara Indonesia dan masing-masing negara
tujuan. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan efisiensi dan
perdagangan dari kedua klaster industri ini, serta menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi aliran ekspor pada hasil olahan industri kemeja pria dari katun
yang tidak dirajut atau disulam serta komponen kamera.
Melalui metode deskriptif, penelitian ini bertujuan melihat efisiensi dan
perdagangan produk industri dari kedua klaster selama tahun 2004-2008.
Sedangkan dengan menggunakan metode kuantitatif akan dianalisis faktor-faktor
yang memengaruhi aliran ekspor dari kedua komoditas hasil olahan industri
selama tahun 2004-2008. Dalam metode kuantitatif digunakan panel data Gravity
Model dengan Fixed Effect Generalized Least Square untuk masing-masing
komoditas. Variabel yang digunakan untuk kedua model yaitu GDP riil Indonesia,
GDP riil negara tujuan ekspor, populasi negara tujuan ekspor, nilai tukar riil
Rp/US$, dan jarak ekonomi riil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi dari kedua klaster selama
tahun 2004-2008 semakin menurun. Kemudian di periode yang sama,
perdagangan hasil olahan industri untuk kedua klaster memiliki pola yang hampir
sama, yaitu adanya penurunan jumlah ekspor di tahun 2007 dan 2008 serta
peningkatan jumlah impor dari tahun ke tahun terutama pada tahun 2008. Pangsa
pasar terbesar untuk ekspor hasil olahan kedua industri adalah Amerika Serikat. Kemudian pesaing utama Indonesia dalam ekspor kemeja pria dari katun adalah Cina dan India, sedangkan pesaing utama dalam ekspor komponen kamera adalah Cina. Dalam estimasi faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor didapatkan hasil bahwa faktor yang signifikan memengaruhi aliran ekspor kemeja pria dari katun yang tidak disulam atau dirajut adalah GDP riil Indonesia, GDP riil negara tujuan ekspor, populasi negara tujuan ekspor dan jarak ekonomi riil, sedangkan untuk variabel nilai tukar riil Rp/US$ tidak berpengaruh signifikan. Pada komponen kamera, GDP riil Indonesia, populasi negara tujuan ekspor, jarak ekonomi riil dan nilai tukar riil Rp/US$ terbukti signifikan memengaruhi aliran ekspor, sedangkan GDP riil negara tujuan ekspor tidak berpengaruh. Untuk variabel populasi negara tujuan ekspor dan biaya transaksi di kedua model menghasilkan tanda koefisien yang tidak sesuai dengan teori ekonomi. Ketidaksesuaiannya adalah jika populasi dari negara tujuan meningkat maka ekspor akan menurun, sedangkan jika biaya transaksi meningkat maka ekspor akan meningkat. Saran yang dapat diberikan penulis adalah perlunya insentif dari pemerintah agar dapat mengurangi biaya produksi industri nasional, yang akhirnya akan meningkatkan efisiensi. Insentif ini dapat berupa penjagaan pasokan bahan bakar dan pemberian bantuan modal. Selain itu Indonesia harus terus mempertahankan dan meningkatkan posisi dalam perdagangan internasional. Sehingga Indonesia tidak kehilangan Amerika Serikat sebagai pasar yang potensial, bahkan dapat menambah pasar potensial selain Amerika Serikat. Perlu juga adanya stabilisasi nilai tukar Rp/US$ dikarenakan Indonesia masih mengimpor bahan baku dalam jumlah yang tinggi, jika nilai tukar stabil maka beban yang dirasakan dalam biaya tidak terlalu berfluktuaktif. Stabilnya nilai tukar juga menggambarkan stabilnya perekonomian suatu negara, jika nilai tukar Rp/US$ semakin stabil maka akan menarik investor untuk berinvestasi di Indonesia. | id |