Dampak program Model DAS Mikro (MDM) terhadap lingkungan dan pendapatan petani agroforestry di Sub DAS Cisadane Hulu: studi kasus Desa Pasir Buncir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Abstract
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu ekosistem alam yang
berfungsi sebagai wilayah tangkapan air (catchment area) yang menerima hujan,
menampung dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau dan laut serta
mengisi air bawah tanah. Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak
dilalui DAS. Untuk wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan
Bekasi) terdapat beberapa DAS yang melintas, salah satunya DAS Cisadane yang
merupakan DAS terluas yaitu 140.046 Ha.
Terdapat beberapa masalah yang terjadi di DAS Cisadane terutama pada
sub DAS Cisadane Hulu. Pada bagian kanan kiri sungai masalah yang timbul di
antaranya, sedimentasi, longsor, banjir yang merusak areal persawahan, dan
sampah. Masalah lainnya adalah masih banyaknya lahan gundul yang tidak dapat
ditanami karena lahan tersebut milik swasta. Pihak swasta ingin melakukan
pembangunan di lahan tersebut sehingga tidak dapat ditanami dengan tanaman
kayu untuk menyerap air, sehingga longsor telah beberapa kali terjadi. Selain itu,
adanya penambangan pasir juga telah mengurangi areal tangkapan air di sub DAS
Cisadane Hulu.
Permasalahan–permasalahan tersebut dapat diatasi dengan upaya
konservasi tanah dan air. Salah satu upaya rehabilitasi dan konservasi DAS yang
dilakukan di DAS Cisadane ini adalah penerapan Model DAS Mikro (MDM).
MDM adalah suatu program pengelolaan kawasan DAS dalam ruang lingkup
mikro. MDM merupakan tempat untuk memperagakan proses partisipatif
pengelolaan rehabilitasi hutan dan lahan, teknik-teknik konservasi lahan, sistem
usahatani yang sesuai dengan kemampuan lahan, sosial ekonomi dan
kelembagaan masyarakat...