Analisis Nilai Tambah Pengolahan dan Pemasaran Ayam Broiler di Kecamatan Pancoranmas Kota Depok
Abstract
Sistem agribisnis modern membutuhkan prasyarat wilayah pengembangan.
Agar ekonomis, agribisnis hilir seperti industri pengolahan dan jasa membutuhkan
prasyarat wilayah disekitar konsumen. Sementara itu agribisnis hulu mengikuti
wilayah pengembangan budidaya. Hubungannya dengan tataruang wilayah,
agribisnis ayam broiler masih tetap dapat memanfaatkan potensi setiap wilayah tanpa
harus merelokasi keseluruhan sistem agribisnis. Aktivitas-aktivitas tersebut tidak
dilakukan secara terpisah fungsional, narnun menjadi satu rangkaian aktivitas yang
saling mendukung dan memberikan manfaat yang menguntungkan dan berkeadilan.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2002) menghitung nilai
tambah yang diciptakan industri kecil terlihat paling menonjol dalam memberi
sumbangan nilai tambah dan penyumbang lapangan tenaga kerja terbesar adalah
industri makanan, minuman dan tembakau. Nilai tambah dan jumlah tenaga kerja
industri rumah tangga Rp 18.910.415.000.000. dan 6.291.441. Sebesar 27,13% dari
total nilai tambah berasal dari makanan, minuman dan tembakau. Jumlah tenaga
kerja yang terserap 32,21 % dari total tenaga kerja. Besamya nilai tambah tersebut
diharapkan usaha pengolahan dan pemasaran ayam broiler memberikan kontribusi
nilai tambah dan pemerataan, serta peningkatan ekonomi rakyat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan pengolahan dan
pemasaran ayarn broiler serta lembaga pemasaran yang berperan dan menganalisis
nilai tambah yang diciptakan dari pengolahan dan pemasaran ayam broiler di
kecamatan pancoranmas.
Sampel diambil 38 orang pelaku bisnis sistem komoditas ayam ras
pedaging. Pedagang pengumpul dengan penjualan 500-1000 ekor ayam per hari
dengan bobot hidup 1,36 kg/ekor. (5 sampel). Pedagang pemotong dengan penjualan
150-180 ekor ayam per hari. (8 sampel). Pedagang pengecer dengan penjualan 40-60
karkas ayam per hari. (10 sampel). Pedagang ayam goreng fastfood kakilima dengan
penjualan 15-20 karkas ayam per hari (5 sampel). Rumah makan padang dengan
penjualan 10-16 karkas ayarn per hari (5 sampel). Pengumpulan data clilakukan pada
bulan Maret-April 2004 didaerah Kecamatan Pancoranmas Kota Depok. Penelitian
ini di lakukan dengan desain survei yaitu penelitian yang digunakan untuk mengukur
gejala-gejala yang ada tanpa penyelidikan mengapa gejala-gejala tersebut terjadi
(Omar, 1997). Data dan infonnasi terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer
diambil dari pengarnatan langsung dan wawancara dengan lembaga pemasaran ayam
broiler. Data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian dan BPS Kotamadya Depok.
Analisis data terdiri dari analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan
kegiatan usaha Pengolahan dan pemasaran dan analisis nilai tambah menggunakan
Metode Hayami, et al(I 987).
Responden yang diamati berjumlah 38 orang yang terdiri dari 26 laki-laki
dan 12 perempuan. Responden yang terlibat dalam penjualan karkas lebih banyak
perempuan dibandingkan laki-laki terutama pada pedagang pengecer ayam broiler.
Sebaran umur terbanyak <37 tahun sebesar 44,74%. Sebagian besar lembaga
pemasaran menempuh pendidikan hingga SMU sebesar 39,47%.
Lembaga pemasaran bebas menjual dan membeli produknya kemanapun,
namun karena sudah terjalin ikatan batin diantara mereka maka dengan sendimya
mereka saling membutuhkan satu sama lainnya. Lembaga pemasaran tersebut terdiri
dari pedagang pengumpul yang mengambil ayam langsung dari petemakan inti yang
berlokasi didaerah parung, bogor,sukabumi dan sawangan. Pedagang pemotong yang
mengarnbil atau diantar langsung dari pengumpul. Pedagang pengecer, pedagang
ayam goreng fastfood dan rumah makan yang mengambil langsung dalarn bentuk
karkas dari pedagang pengumpul dan pemotong. Gambaran usaha berdasarkan
proses saluran pemasaran yang terjadi di Kecamatan Pancoranmas Kotamadya
Depok. Pedagang pengumpul, pemotong dan pengecer menjual menjual karkas.
Pedagang pengumpul menjual dalam bentuk hidup ke pedagang pemotong. Rumah
makan dan pedagang ayam goreng Jastfood kaki lima menjual produk ayam siap
santap (ready to eat)
Perhitungan nilai tambah dilakukan per 1000 ekor ayam broiler untuk
memudahkan menghitung jumlah kelipatannya. Nilai tambah yang diperoleh dari
setiap 1000 ekor/hari adalah Rp 3.745.781,77. Pedagang pengumpul memperoleh
36,46% dari total nilai tambah 1000 ekor ayam tersebut. Pedagang pemotong
memperoleh 16,02%. Pedagang pengecer, ayam goreng fastfood kakilima, dan
rumah makan memperoleh bagian masing-masing 6,93%; 9,61 % dan 30,98% dari
total nilai tambah setiap 1000 ekor ayam perhari dengan bobot hidup rata-rata 1,36
kg/ekor. Pemasaran ayam broiler dapat dilakukan dipasar (ayam hidup dan karkas) di
tempat kerarnaian, komplek perumahan (ayam siap santap)
Kegiatan pengolahan ayam broiler pada lembaga pemasaran pada pedagang
pengumpul dan rumah makan merupakan kegiatan padat medal karena bagian
keuntungan yang diterima lembaga pemasaran lebih besar dari imbalan yang
diterima tenaga kerja. Teknologi usaha yang digunakan oleh pedagang pemotong dan
pedagang ayam goreng fastfood kaki lima serta pengecer bersifat padat karya karena
bagian imbalan tenaga kerja lebih besar dari keuntungan yang diterima lembaga
pemasaran.