Efisiensi Produksi Telur Pada Peternakan Ayam Ras Petelur, Studi Kasus di Peternakan Ayam Ras Petelur, Cicurug, Bogor
Abstract
Usaha temak ayam ras Petelur merupakan usaha yang menjanjikan bila ditekuni
dengan serius. Sampai saat ini, permasalahan utama di bidang ini adalah efisiensi. Oleh
karena itu, informasi yang berhubngan dengan efisiensi perlu dicari dan digali sebagai
bahan rujukan bagi para petemak ayam ras Petelur agar dapat meningkatkan keuntungan dan mampu bersaing dengan petemakan dari luar negeri.
Penelitian dilakukan di perusahaan petemakan ayam ras Petelur Hardi yang
berlokasi di Cicurug, Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Juli
2004.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis efisiensi produksi telur ayam Ras secara
teknis dan ekonomis dengan menggunakan metode analisis perbandingan ( Comparative
Analysis) terhadap beberapa aspek, yaitu tata letak perkandangan, konversi pakan, rasio
biaya produksi, dan keuntungan penggunaan pola sistem produksi telur yang berbeda.
Data yang terkumpul dan sudah dianalisis dengan menggunakan beberapa aspek
yang telah disebutkan diatas, kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis
perbandingan, yaitu: 1) tata letak perkandangan yang efisien ( Mc Adle, 1972) / tata
letak perkandangan petemakan Hardi; 2) konversi pakan estimasi Ensminger (1992) /
konversi pakan peternakan Hardi; 3) Rasio biaya produksi rata-rata ( Tangenjaja,2003) /
rasio biaya produksi petemakan Hardi; dan 4) keuntungan pola pemeliharaan petemakan Hardi (pola 1, yaitu memelihara DOC dan pullet) / pola pemeliharaan 2 (hanya memelihara pullet ).
Hasil analisis terhadap peternakan Hardi dan pembandingnya adalah ; 1) jarak
tempuh untuk aktivitas pemberian pakan dan pemanenan telur di peternakan Hardi
sebesar 1240 meter/ hari dan 1480 meter I hari, sedangkan pada tata letak efisien (Mc
Adle, 1972) jarak tempuhnya masing-1;1asing sebesar I 000 meter / hari dan 616 meterI
hari; 2) konversi pakan di peternakan Hardi dan Ensminger (1992) masing-masing
sebesar 2,3; 3) Rasio biaya produksi telur terhadap hargajual per kilogram di petemakan
Hardi dan rata-ratanya ( Tangenjaja, 2003) masin5-masing sebesar 0,88 dan 0,81 ; dan 4)
keuntungan dari pola produksi 1 (memelihara DOC dan pullet) dan pola produksi 2 (
memelihara pulet saja) masing-masing sebesar Rp.204.341.457,768,- dan
Rp. 337.890.915,536,-
Dari hasil analisis diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu efisiensi
tata letak perkandangan peternakan Hardi terhadap tata letak yang efisien adalah sebesar 59,4 %, efisiensi konsumsi pakan peternakan Hardi terhadap estimasinya adalah sebesar 100 %, efisiensi biaya produksi peternakan Hardi terhadap biaya rata-rata Indonesia adalah sebesar 92 %, dan efisiensi sistem produksi dengan menggunakan pola 1, yaitu memelihara DOC dan pullet yang diterapkan di peternakan Hardi terhadap penggunaan po1a 2, yaitu hanya memelihara pullet saja, memiliki nilai efisiensi sebesar 60,5 %.