dc.description.abstract | Asupan gizi dan stimulasi psikososial sejak dari janin sampai anak
berusia 6 tahun akan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak.
Semakin awal intervensi gizi dan stimulasi psikososial diberikan akan semakin
baik hasil yang dicapai. Meskipun petunjuk yang ada saat ini tidak konklusif
tentang apakah pengaruh stimulasi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
otak bersifat aditif ataukah interaktif, namun anak yang memperoleh kombinasi
program intervensi gizi dan stimulasi psikososial mempunyai performans lebih
baik dibandingkan mereka yang hanya menerima salah satunya saja (Djalal
2009). Khomsan (2004) menyatakan bahwa tumbuh kembang anak sangat pesat
terjadi pada usia balita, temasuk juga perkembangan otak. Bahkan fase cepat
tumbuh (growth spurt) otak hanya terjadi sampai usia 18 bulan. Oleh sebab itu
keadaan gizi anak pada dua tahun pertama sangat menentukan perkembangan
kognitifnya dimasa yang akan datang. Salah satu praktek pola asuh makan yang
sangat penting pada dua tahun pertama perkembangan anak adalah pemberian
ASI serta MP-ASI.
Hasil penelitian terakhir membenarkan pendapat tentang pentingnya
periode prasekolah sebagai masa pembangunan pondasi bagi manusia pencinta
belajar. Menurut Padmonodewi (1993) yang diacu dalam Anwar (2002)
perkembangan intelektual mempunyai laju paling cepat pada usia empat sampai
lima tahun pertama kehidupan. Dengan demikian masa usia prasekolah
merupakan masa yang paling baik untuk memberikan program pengayaan
lingkungan guna memaksimalkan perkembangan intelektualnya di masa yang
akan datang. Oleh karena itu penelitian ini secara umum bertujuan untuk
menganalisis pengaruh riwayat pemberian ASI, MP-ASI dan status gizi serta
stimulasi psikososial saat ini terhadap perkembangan kognitif anak usia
prasekolah. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengidentifikasi
karakteristik keluarga (besar keluarga inti, umur, pendidikan dan pekerjaan orang
tua), anak (jenis kelamin, urutan anak dalam keluarga, partisipasi pendidikan
prasekolah dan lama sekolah) dan pola asuh makan; (2) membandingkan status
gizi contoh pada saat dua tahun pertama dengan saat usia prasekolah; (3)
mengidentifikasi tingkat perkembangan kognitif, status gizi, dan stimulasi
psikososial saat ini; (4) menganalisis hubungan antara riwayat pemberian ASI,
MP-ASI, status gizi dengan perkembangan kognitif anak saat ini; (5)
menganalisis hubungan karakteristik keluarga, status gizi, pengetahuan gizi ibu
dan stimulasi psikososial saat ini dengan perkembangan kognitif anak; serta (6)
menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat perkembangan
kognitif anak.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional
study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2010 di Desa
Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Kriteria inklusi contoh adalah
balita yang berumur 3-5 tahun yang masih memiliki ibu dan sedang tinggal
bersama ibunya, serta memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) sejak bayi sampai
usia 2 tahun pertama. Penarikan contoh yang telah memenuhi kriteria inklusi
dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin dengan nilai galat 0,1 sehingga
didapatkan jumlah contoh sebanyak 59 balita. | id |