Pertumbuhan dan produlsi beberapa jagung (Zea mays L.) pada populasi yang berbeda dalam sistem tumpang sari dengan ubi kayu (Manihot esculenta Crantz)
Abstract
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh varietas, populasi, dan pola tanam terhadap pertumbuhan dan produksi jagung Penelitian dilakukan dari bulan November 2002 sampai Februarii 2003 di Kebun Percobaaan IPB, Sindang Barang, Bogor.
Bahan tanam yang digunakan berupa benih jagung varietas Arjuna, Pioneer 4 (P4), dan Cargill 9 (C9), serta bibit stek ubi kayu varietas Adira I Pupuk dasar yang digunakan berupa Urea, SP-36, dan KCI.
Penanaman jagung dilakukan dengan cara ditugal dengan jarak tanam untuk populasi 80 000 tanaman ha 100 cm x 12.5 cm, 64 000 tanaman ha 100 cm x 15.5 cm, 48 000 tanaman ha 100 cm x 20.5 cm, dan populasi 32 000 tanaman ha 100 cm x 31 cm. Bibit stek ubi kayu ditanam tegak lurus terhadap tanah dengan calon tunas menghadap ke atas pada jarak tanam 100 cm x 100 cm.
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial dengan tiga faktor. Faktor pertama adalah varietas jagung, terdiri atas Arjuna (A). P4 (P), dan C9 (C). Faktor kedua adalah populasi jagung, terdiri atas 80 000 tanaman ha (100 %), 64 000 tanaman ha (80 %), 48 000 tanaman ha (60 %). dan 32 000 tanaman ha' (40%). Faktor ketiga adalah pola tanam, terdiri atas monokultur dan tumpang sari.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa varietas berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jagung. Varietas Arjuna memiliki ILD lebih tinggi dibandingkan varietas P4 dan C9, akan tetapi varietas Arjuna memiliki produktivitas paling rendah (3.78 ton biji kering/ha). Varietas C9 memiliki produktivitas tertinggi (8.15 ton biji kering ha), sedangkan hibrida P4 memiliki produktivitas 5.80 ton biji kering/ha.
Selain oleh varietas, pertumbuhan dan produksi dipengaruhi oleh populasi tanaman. Populasi 80 000 tanaman ha memberikan nilai ILD tertinggi dibanding populasi lain. Akan tetapi, produktivitas tertinggi diperoleh dari populasi 64 000 tanaman ha" yaitu 6.19 ton biji kering/ha.
Nilai ILD pada pola tanam tumpangsari lebih besar dari monokultur. Akan tetapi, pola tanam monokultur memberikan produktivitas lebih besar (4.81 ton biji kering/ha) dibandingkan pola tanam tumpang sari (3.25 ton biji kering/ha) akibat bobot atau ukuran biji jagung yang lebih besar pada pola tanam monokultur.
Interaksi antara varietas dan populasi memberikan pengaruh pada bobot tongkol dan bobot biji kering, terutama pada varietas C9.
Interaksi antara varietas, populasi, dan pola tanam hanya berpengaruh terhadap penutupan tajuk (nilai ILD) dan tidak berpengaruh terhadap produktivitas Nilai ILD terbesar didapat dari interaksi antara varietas P4 dengan kerapatan 64 000 tanaman ha yang ditanam secara monokultur yaitu sebesar 5.54, terjadi pada akhir fase vegetatif (7 MST).