dc.description.abstract | Pada pemeliharaan ikan mas di kolam tanah atau perairan yang sangat subur
seperti waduk Cirata, seringkali ditemukan daging ikan berasa lumpur yang
disebabkan geosmin. Geosmin diproduksi oleh alga hijau biru dan mikroorganisme
dari kelompok Actinomycetes. Geosmin akan dilepaskan ke perairan oleh
Actinomycetes dan ikan mengabsorbsinya melalui membran insang atau salurar.
pencernaan. Senyawa tersebut bersifat larut dalarn lemak dan disimpan di dalam
jaringan lemak. Hal ini merupakan suatu masalah karena mutu ikan akan menurun
sehingga dihargai murah bahkan ditolak oleh konsumen. Rasa lumpur pada daging
ikan mas dapat diatasi dengan pemberokan. Selama pemberokan ikan dipuasakan
sehingga energi lemak dan protein dikatabolisme. Proses tersebut sangat
dipengaruhi oleh ams dan suhu air
Ikan mas (200g/ekor) berasal dari sistem budidaya karamba jaring apung
(KJA) di Waduk Cirata, Jawa Barat dan diberok <la.lam wadah berukuran 100 x 13,5
x 5,5 cm (volume 7I air terbuat dari talang air PVC) dengan kepadatan 5
ekor/wadah. Air dalam wadah pemberokan diresirkulasi ( dengan kecepatan arus
403,8 crn/menit) dan difilter menggunakan zeolit. Suhu air dipasang pada 29 dan
32°C dan setiap perlakuan tersebut diulang 3 kali. Setiap hari seekor ikan diambil
dari tiap wadah untuk ditimbang dan dianalisis komposisi tubuhnya (lemak, protein,
air, karbohidrat dan abu) serta ditimbang bobotnya dan ikan yang diambil diganti
dengan ikan stok. Suhu, oksigen terlarut (DO), pH, dan amoniak air pada inlet dan
outlet wadah pemberokan diukur pada hari kedua pemberokan.
lkan mas yang diberok pada suhu 32°C selama 24 jam mengalami
penurunan bobot sebesar 8,81 %, dari 209,5 menjadi 191,03 g. Ikan yang diberok
pada suhu 29°C selama 24 jam mengalami penurunan bobot sebesar 5,73 %, dari
209,5 menjadi 197,5 g. Pada pemberokan suhu 32°C selama 24 jam kandungan
lemak di tubuh ikan mas juga mengalami penurunan sebesar 10,78 %, sedangkan
pada pemberokan suhu 29 C hanya sebesar 7 ,82 %. Komposisi protein pada
pemberokan suhu 32cc selama 24 jam di dalam tubuh ikan mas juga mengalami
penurunan sebesar 0,82%, sedangkan pada pemberokan suhu 29°C hanya sebesar
0,05 %. Pemberian perlakuan suhu tersebut tidak mengakibatkan kematian ikan
selama penelitian berlangsung.
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa ikan mas yang diberok pada
suhu 32°C lebih cepat dalam mengkatabolisme lemak dan protein sebagai sumber
energi dalam melakukan aktivitasnya. Penurunan bobot tubuh temyata diikuti
dengan penurunan kandungan lemak didalam tubuh, sehingga rasa lumpur yang
larut dan disimpan pada jaringan lemak diduga berkurang. Pemberokan ikan mas
sebaiknya dilakukan pada suhu 32°C selama 24 jam, disarankan pula untuk
dilakukan penelitian lanjutan mengenai kisaran arus dan suhu yang l.ebih luas dan
peningkatan kapasitas wadah pemberokan. | id |