Studi Pembentukan Umbi Mikro Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) cv. Sumenep Menggunakan SADH dan Sukrosa Secara In Vitro
Abstract
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai
arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari nilai ekonomisnya yang tinggi
maupun dari kandungan gizinya. Bawang merah kultivar Sumenep merupakan
salah satu kultivar unggul di Indonesia yang berasal dari Sumenep, Madura.
Jumlah produksi bawang merah kultivar Sumenep tergolong tinggi dan umbinya
termasuk sangat digemari karena kualitas gorengnya baik. Pengadaan bibit yang
tidak seragam akan menyebabkan penurunan produksi dan kualitas umbi.
Altematif yang dapat dikembangkan dalam usaha penyediaan umbi
bawang merah kultivar Sumenep ialah melalui metode kultur jaringan.
Penggunaan zat penghambat tumbuh (retardan) dan gula dalam media tanam
diharapkan dapat meningkatkan kualitas plantlet yang dihasilkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi sukrosa
dan iat penghambat tumbuh SADH terhadap pertumbuhan tunas dan
pembentukan umbi mikro bawang merah (Allium ascalonicum L.) cv. Sumenep.
Peneltian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan, Darrnaga, Bogor.
Pene!tian berlangsung dari bulan Februari 2004 sampai Agustus 2004.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor yaitu
Factor pertama yang digunakan adalah konsentrasi SADH (alar) terdiri dari 4 taraf
konsentrasi yaitu 0, 10, 20 dan 30 mg/1 dan faktor kedua adalah sukrosa terdiri
dari 4 taraf konsentrasi yaitu 30, 50, 70 dan 90 g/1. Kombinasi kedua faktor
menghasilkan 16 perlakuan. Tiap perlakuan terdiri dari 8 ulangan. Jadi terdapat
128 wtuan percobaan yang masing-masing satuan percobaan terdiri dari 1 botol
Kultur yang berisi 1 eksplan.
Bahan tanaman yang digunakan sebagai eksplan dalam penelitfan ini
adalah umbi yang mengandung basal plate bawang merah (Allium ascalonicum
L.) cv Sumenep berukuran 0.5 cm. Sterilisasi bahan dilakukan di luar dan di
dalam laminar. Eksplan kemudian diinkubasi pada media prekondisi selama 7
hari. Pada tahap sterilisasi dipcroleh 90% eksplar steril. Eksplan yang telah seteril
kemudian dibelah dua sama besar dan ditanam pada media perlakuan berisi satu
eksplan per botol. Botol kultur yang telah berisi eksplan diletakkan pada ruangan
dengan penyinaran 1000 lux selama 24 jam sampai umur 6 MSP (Minggu Setelah
Perlakuan) dengan suhu 20-25° C. Seluruh botol diberi perlakuan penggelapan
pada saat kultur berumur 6 MSP sampai akhir pengamatan. Pengamatan dilakukan
selama 11 minggu setelah eksplan ,faa.aam pada media perlakuan terhadap saal
mulffikasi tunas, saat pembentukkan umbi mikro, persentase kontaminasi,
jumlah tunas, jumlah daun, jumlah akar dan warna daun. Pembentukan tunas pada kultur mulai terjadi pada 1 MSP, multiplikasi
Tunas mulai namoak pada 4 MSP. Penambahan SADH belum dapat menginduksi
Umbi mikro bawang merah. Pada kultur bawang merah, perlakuan SADH
berpengaruh tidak nyata terhadap peubc1h jumlah tunas, jumlah daun dan jumlah
akar pada kultur bawang merah, perlakuan tunggal sukrosa berpengaruh nyata
terhadap peubah jumlah tunas hanya pada 4 MSP. Pengaruh perlakuan tunggal
sukrosa tidak nyata terhadap peubah jumlah daun dan jumlah akar. Penambahan
sukrosa belum dapat menginduksi umbi mikro bawang merah secara nyata.
Peningkatan konsentrasi sukrosa mempengaruhi perubahan bentuk tunas bawang
merah. Pada eksplan yang ditanam pada media yang diberi perlakuan 90 g/1
sukrosa, pangkal tunas terlihat lebih menggembung menyerupai umbi. Selama
periode penggelapan, warna daun bertahan lebih lama Seiring dengan
meningkatnyajumlah konsentrasi sukrosa yang diberikan.
Belum diperoleh kombinasi SADH dan sukrosa yang dapat menginduksi
umbi mikro bawang merah. Pada kultur bawang merah, kombinasi sukrosa dan
SADH berpengaruh tidak nyata terhadap peubah jumlah tunas, jumlah daun dan
jumlah akar.