dc.description.abstract | Pangan jajanan merupakan salah satu jenis makanan yang sangat
dikenal dan umum di masyarakat, terutama anak usia sekolah. Penjaja berperan
penting dalam penyediaan pangan jajanan yang sehat dan bergizi serta terjamin
keamanannya. Berdasarkan hasil Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan
Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Nasional tahun 2008, sebagian besar
(>70%) penjaja PJAS menerapkan praktik keamanan pangan yang kurang baik.
Perilaku gizi dan keamanan pangan penjaja PJAS yang baik sangat penting
dalam menentukan pangan jajanan yang aman dan sehat bagi anak sekolah.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis
perilaku penjaja PJAS di Jakarta dan Sukabumi. Adapun tujuan khusus dari
penelitian ini, yaitu: 1) Mengidentifikasi karakteristik umum dari penjaja PJAS; 2)
Mengidentifikasi profil PJAS; 3) Mengetahui persepsi penjaja mengenai PJAS; 4)
Mengetahui tingkat pengetahuan serta praktik gizi dan keamanan pangan
penjaja PJAS; 5) Menganalisis perbedaan pengetahuan serta praktik gizi dan
keamanan pangan berdasarkan kelompok penjaja, wilayah, karakteristik penjaja
PJAS, dan mutu SD; dan 6) Menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan
dengan pengetahuan gizi dan keamanan pangan; tingkat pendidikan dengan
praktik keamanan pangan; serta pengetahuan gizi dan keamanan pangan
dengan praktik keamanan pangan.
Desain penelitian ini yaitu cross-sectional study. Penelitian ini
menggunakan data sekunder yang berasal dari Survei “Monitoring dan Verifikasi
Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Nasional Tahun 2008”
yang dilakukan oleh SEAFAST dan Badan POM RI. Penelitian ini
mengkhususkan pada wilayah Jakarta dan Sukabumi dengan total 65 SD
dengan rincian 18 SD di Sukabumi dan 47 SD di Jakarta. Contoh dalam
penelitian ini adalah penjaja PJAS baik yang berada di kantin maupun yang
berada di sekitar SD. Jumlah total contoh yaitu sebanyak 108 contoh dengan
rincian 29 orang penjaja PJAS di Sukabumi dan 79 orang penjaja PJAS di
Jakarta. Pengolahan dan analisis data sekunder meliputi coding dan cleaning
data kemudian data ditabulasi dan dianalisis secara statistik dengan program
Microsoft Excell 2007 dan SPSS 17.0 for Windows.
Sebanyak 77.8% SD di Sukabumi memiliki kantin dan 83.3% memiliki
penjaja PJAS di luar sekolah. Sebanyak 72.3% SD di Jakarta memiliki kantin dan
89.4% memiliki penjaja PJAS di luar sekolah. Kondisi kebersihan kantin sekolah
di Sukabumi lebih baik daripada di Jakarta. Hanya 43% sekolah di Jakarta yang
kondisi kantin sekolahnya bersih sedangkan 79% kantin sekolah di Sukabumi
kondisinya bersih. Kondisi kebersihan penjaja luar sekolah di Sukabumi jauh
lebih baik daripada di Jakarta. Sebanyak 73% sekolah di Sukabumi memiliki
penjaja luar dengan kondisi bersih sedangkan hanya 7% sekolah di Jakarta yang
memiliki penjaja luar dengan kondisi bersih
Bagian terbesar contoh (46.3%) berpendidikan SD. Tingkat pendidikan
pengelola kantin cenderung lebih baik daripada penjaja luar. Tingkat pendidikan
contoh di Sukabumi juga cenderung lebih baik dibandingkan dengan contoh di
Jakarta. Tingkat pendidikan contoh di sekolah dengan akreditasi A dan B
cenderung lebih baik dibandingkan dengan contoh di sekolah dengan akreditasi
C. Bagian terbesar contoh (31.5%) menggunakan gerobak dorong sebagai
sarana penjualan PJAS. Sebanyak 63.9% contoh menjual makanan sepinggan,
61.1% contoh menjual makanan ringan, dan 52.8% contoh menjual minuman.
Sebanyak 62.0% contoh tidak pernah mengikuti penyuluhan. Penjaja luar lebih
banyak (73.8%) yang tidak pernah mengikuti penyuluhan dibandingkan dengan
pengelola kantin (44.2%). Sebanyak 44.8% contoh di Sukabumi pernah
mengikuti penyuluhan sedangkan hanya 31.6% contoh di Jakarta yang sudah
pernah mengikuti penyuluhan. Contoh di sekolah berakreditasi A dan B lebih
banyak yang pernah mengikuti penyuluhan dibandingkan dengan sekolah
berakreditasi C maupun belum terakreditasi. | id |