dc.description.abstract | Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis proses pengambilan keputusan pembelian dan penggunaan kosmetik oleh pria
metroseksual. Tujuan khusus penelitian adalah: (1) Mengidentifikasi karakteristik demografi dan sosial ekonomi pria metroseksual,
(2) Mengidentifikasi
karakteristik penggunaan kosmetik pria metroseksual, (3) Mengidentifikasi gaya
hidup pria metroseksual,dan (4) Mengidentifikasi proses pengambilan keputusan pria metroseksual dalam menentukan pembelian dan penggunaan kosmetik.
Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yang dilaksanakan di
Kota Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan Mei sampai bulan Oktober 2009.
Adapun contoh dalam penelitian ini adalah pria metroseksual. Jumlah contoh
yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 70 orang, yang ditentukan
dengan cara parameter proporsi. Contoh dalam penelitian ini dipilih secara teknik
non probability sampling berupa snowball sampling. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi: karakteristik contoh, karakteristik penggunaan kosmetik, gaya
hidup, dan proses pengambilam keputusan. Data sekunder diperoleh dari bukubuku,
artikel, internet, dan literatur-literatur yang terkait dengan penelitian. Data diolah dengan menggunakan program SPSS 10.0 for Windows. Untuk menguji reliabilitas alat ukur dilakukan uji Cronbach Alpha. Nilai Cronbach Alpha untuk
gaya hidup adalah 0.7957dan variabel proses pengambilan keputusan adalah
0,8699.
Persentase terbesar usia contoh (68.5%) adalah berusia 21-25 tahun.
Tingkat pendidikan contoh diukur berdasarkan lama pendidikan yang ditempuh
contoh. Persentase terbesar lama pendidikan contoh (42.9%) yaitu 16 tahun
yaitu sudah lulus S1 atau masih studi dalam semester 8. Contoh yang
mendominasi pada penelitian ini adalah mahasiswa dan pelajar (87.1%).
Pemasukan uang contoh terbanyak berada pada kisaran Rp 1 000 000 – Rp 2
000 000 (64.3%). Seluruh contoh pada penelitian ini berstatus belum menikah.
Pada penelitian ini, contoh terbanyak berasal dari suku sunda (40.0%).
Seluruh contoh pada penelitian ini menggunakan kosmetik dengan
beragam merek. Produk kosmetik yang digunakan contoh antara lain, pelembab
wajah, pembersih wajah, bedak wajah, perfume, handbody lotion, lip balm, gel
rambut, lulur dan deodorant. Seluruh contoh pada penelitian ini menggunakan
pelembab wajah, pembersih wajah, dan perfume/cologne. Contoh yang
menggunakan bedak wajah pada penelitian ini hanya sebanyak 8.5 persen.
Produk handbody lotion digunakan oleh 51.8 persen contoh. Pada penelitian ini,
hanya sebanyak 11.2 persen contoh yang menggunakan lip balm. Produk lulur
hanya digunakan oleh 5.7 persen contoh. Pada penelitian ini, contoh yang
menggunakan gel rambut sebanyak 43.4 persen. Pengeluaran uang yang
dianggarkan contoh untuk membeli kosmetik terbanyak berada pada kisaran Rp
50 000 – Rp 150 000 (65.7%). Penggunaan kosmetik pada penelitian ini
dikelompokkan menjadi tiga tingkatan, yaitu kategori rendah (menggunakan 1-3
jenis kosmetik), sedang (menggunakan 4-6 jenis kosmetik) dan tinggi
(menggunakan 7-9 jenis kosmetik). Sebagian besar contoh (82.9%) berada pada
tingkat penggunaan kosmetik kategori sedang. Berdasarkan uji korelasi
Spearman, Usia contoh memiliki hubungan yang positif dengan tingkat
penggunaan kosmetik (p = 0.049, r = 0.236). Tidak terdapat hubungan yang
nyata antara Lama pendidikan, pekerjaan, dan pemasukan contoh dengan
tingkat penggunaan kosmetik (p > 0.05). Sebanyak 34.3 persen contoh yang
berasal dari suku Sunda berada pada tingkat penggunaan kosmetik kategori
sedang. | id |