dc.description.abstract | Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi dan gizi
pemanfaatan bekatul dalam pembuatan cookies. Tujuan khususnya adalah : 1)
mengetahui ketersediaan bekatul sebagai pangan sumber energi, 2) menentukan
formula pembuatan cookies yang disubstitusi tepung bekatul konvensional dan
fungsional, 3) mengetahui kandungan kimia formula cookies terpilih, 4)
melakukan analisis ekonomi pembuatan cookies bekatul.
Desain penelitian yang digunakan adalah experimental study. Penelitian
dilakukan di Laboratorium Analisis Kimia Pangan, Laboratorium Pengolahan
Pangan dan Laboratorium Uji Organoleptik, Departemen Gizi Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, IPB, Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU) IPB,
serta di Laboratorium Pilot Plan, SEAFAST CENTER, Bogor. Adapun waktu
pelaksanaan penelitian pada bulan September - November 2010.
Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi bahan dan
alat dalam pembuatan tepung bekatul, analisis kandungan gizi tepung bekatul
dan uji organoleptik. Selain itu, juga dilakukan penelusuran data terkait
ketersediaan bekatul dan analisis ekonomi pembuatan cookies bekatul.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
satu faktor dan dua kali ulangan. Faktor yang diteliti yaitu pengaruh konsentrasi
substitusi tepung bekatul konvensional dan tepung bekatul fungsional terhadap
sifat kimia cookies. Ketersediaan bekatul dan analisis ekonomi pembuatan
cookies juga dilakukan untuk mengetahui harga jual cookies bekatul
konvensional dan fungsional.
Data hasil analisis sifat kimia cookies bekatul pada dianalisis
menggunakan sidik ragam (ANOVA). Jika hasil sidik ragam berpengaruh nyata,
maka dilakukan uji lanjut Duncan. Hasil pengujian organoleptik tepung bekatul
dianalisis menggunakan sidik ragam. Data Hasil analisis kompisisi kimia
dianalisis dengan menggunakan sidik ragan dan uji lanjut Duncan.
Produksi padi dan bekatul di Indonesia secara keseluruhan dari tahun
2006 sampai tahun 2009 cenderung mengalami peningkatan. Propinsi Jawa
Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur menghasilkan bekatul lebih dari 1 juta ton
per tahun. Produksi bekatul menggambarkan ketersediaan bekatul yang besar.
Ketersediaan bekatul yang besar tidak dapat dianggap sebagai bahan pangan,
tetapi limbah dari hasil penggilingan padi karena masyarakat umumnya tidak
mengonsumsi bekatul sebagai makanan. Peluang pemanfaatan bekatul sebagai
bahan pangan masih besar karena pemanfaatan bekatul sebagai bahan pangan
serta produk inovasinya masih sangat terbatas.
Pembuatan cookies bekatul konvensional dan fungsional dilakukan
dengan metode krim (creaming method), yaitu semua bahan tidak dicampur
secara bersamaan. Margarin, mentega dan gula dicampur terlebih dahulu
kemudian bahan yang lain.
Uji organoleptik cookies bekatul dilakukan melalui uji mutu hedonik dan uji
kesukaan (hedonik) terhadap 30 panelis semi terlatih untuk warna, aroma, rasa
dan tekstur dari cookies bekatul konvensional dan fungsional dengan lima tingkat
substitusi tepung bekatul, yaitu 25% (F1), 30% (F2), 35% (F3), 40% (F4) dan
45% (F3), serta kontrol atau substitusi 0% (F0).
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan tingkat
substitusi tepung bekatul konvensional pada cookies tidak berpengaruh nyata
(α>0,05) terhadap mutu warna, aroma, rasa dan tekstur cookies. Hasil sidik
ragam menunjukkan bahwa perbedaan tingkat substitusi bekatul fungsional
berpengaruh nyata (α<0,05) terhadap warna, aroma dan rasa cookies tetapi tidak
berpengaruh nyata untuk tekstur.
Hasil uji sidik ragam menunjukkan perbedaan tingkat substitusi bekatul
konvensional terhadap cookies tidak berpengaruh nyata (α>0,05) terhadap
tingkat kesukaan t warna dan tekstur tetapi berpengaruh nyata untuk tingkat
kesukaan terhadap aroma, rasa dan keseluruhan. Formula cookies bekatul
konvensional terpilih adalah cookies F3. Hasil sidik ragam menunjukkan
perbedaan tingkat substitusi tepung bekatul fungsional berpengaruh nyata
(α<0,05) terhadap tingkat kesukaan warna, rasa dan keseluruhan cookies tetapi
tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan pada aroma dan tekstur.
Kadar air, abu, protein, lemak, kerbohidrat, total serat pangan, AEAC,
kapasitas antioksidan cookies bekatul konvensional terpilih adalah 3,21% bb,
3,12% bk, 7,56% bk, 29,84% bk, 56,26% bk, 10,10% bk dan 33,19% bb. Kadar
air, abu, protein, lemak, kerbohidrat, total serat pangan, AEAC, kapasitas
antioksidan cookies bekatul fungsional terpilih adalah 2,94% bb, 3,01% bk,
7666% bk, 29,09% bk, 58,31% bk, 10,85% bk dan 32,64% bb. Kandungan energi
per 100 gram cookies bekatul konvensional dan fungsional terpilih masing
masing adalah 519 Kal dan 518 Kal.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan jenis tepung yang
digunakan dalam pembuatan cookies tidak berpengaruh nyata (α>0,05)
terhadap kadar air dan protein, tetapi berpengaruh nyata terhadap kadar abu,
lemak, karbohidrat, serat pangan serta kapasitas antioksidan cookies. Cookies
bekatul konvensional dan cookies bekatul fungsional memenuhi kriteria sebagai
pangan tinggi atau kaya serat.
Analisis pembuatan biaya yang digunakan menggunakan skala industri
kecil yang didasarkan atas jumlah pegawai yang berjumlah 15 orang. Harga
cookies bekatul fungsional lebih mahal Rp. (58.837,00 /kg) dari pada cookies
kontrol (Rp 47.519,02/kg) dan cookies bekatul konvensional (Rp 54.851,40/kg)
karena harga bahan baku tepung bekatul fungsional yang lebih mahal dari pada
tepung terigu dan tepung bekatul konvensional. Harga serat per gram cookies
bekatul konvensional lebih mahal dari pada cookies bekatul fungsional dengan
selisih Rp 0,77/gram. | id |