dc.description.abstract | yang khusus
kategori
dimensi-
kedua,
ambigu. Karakter wilayah suburban yang ambigu tadi seringkali membuat kesulitan dalam menentukan program pengentasan kemiskinan yang tepat.
kota-
kota-
kota-kota
Memperhatikan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan: (1) untuk mendapatkan Kabupaten Kendal dan Kabupaten Demak
perdesaan, (2)
Kabupaten Kendal dan Kabupaten Demak, (3) diduga
Kabupaten Kendal dan Kabupaten Demak, dan (4)
Kabupaten Kendal dan Kabupaten Demak.
Metode yang digunakan untuk melakukan zonasi wilayah adalah dengan mengadopsi teknik zonasi wilayah model BPS yang dimodifikasi. Hasilnya, dari 286 desa/kelurahan di Kabupaten Kendal: 173 desa/kelurahan masuk kategori perkotaan, 67 desa/kelurahan masuk kategori suburban, dan 46 desa/kelurahan masuk kategori perdesaan. Sementara itu untuk Kabupaten Demak, dari 249 desa/kelurahan yang ada: 93 desa/kelurahan masuk kategori perkotaan, 108 desa/kelurahan masuk kategori suburban, dan 48 desa/kelurahan masuk kategori perdesaan.
Sebaran kemiskinan di Kabupaten Kendal memiliki nilai indeks Moran sebesar 0,561 dan Kabupaten Demak sebesar 0,462. Dengan temuan ini dapat disimpulkan bahwa terdapat autokorelasi spasial pada kemiskinan antar desa/kelurahan di Kabupaten Kendal maupun di Kabupaten Demak dengan pola
sebaran menggerombol (clustered). Khusus untuk sebaran kemiskinan suburban di Kabupaten Kendal, penggerombolan kemiskinan kategori High-High di antara desa/kelurahan suburban lebih banyak dijumpai di Kecamatan Plantungan dan sebagian di Kecamatan Pageruyung. Kedua kecamatan ini merupakan daerah berlereng. Sementara sebagian besar desa/kelurahan di kawasan suburban di Kabupaten Demak yang masuk kategori High-High berada di Kecamatan Bonang dan Kecamatan Wedung yang merupakan daerah pesisir pantai dan dataran rendah.
Untuk mengetahui variabel yag diduga berpengaruh terhadap kemiskinan di Kabupaten Kendal dan Kabupaten Demak dilakukan analisis regresi robust dengan variabel dummy untuk membedakan kabupaten (Kendal dan Demak) serta kategori wilayah (perkotaan, suburban, dan perdesaan). Adapun variabel yang dianalisis meliputi: variabel dependen (Y) berupa persentase kemiskinan tahun 2018 dan 10 variabel independen, yakni: Rasio Lahan Terbangun, Rasio Ketergantungan, Kepadatan Penduduk, Jumlah UMKM, Jumlah Toko Kelontong, Jumlah Kedai, Jumlah Dana Desa, Realisasi Program Keluarga Harapan (PKH), Tamatan SMP, dan Tamatan SMA.
Dari hasil analisis regresi robust dengan variabel dummy diketahui bahwa kemiskinan suburban di Kabupaten Kendal dan Kabupaten Demak dipengaruhi secara signifikan oleh variabel Rasio Lahan Terbangun, variabel Kepadatan Penduduk, variabel Jumlah UMKM, variabel Jumlah Toko Kelontong, variabel Jumlah Kedai, variabel jumlah Dana Desa, variabel Realisasi PKH, dan variabel Jumlah Tamatan SMA. Sementara variabel Rasio Ketergantungan dan variabel Tamatan SMP tidak berpengaruh signifikan. Tingkat pengaruh variabel independen terhadap angka kemiskinan memiliki nilai yang berbeda, baik dilihat dari masing-masing kabupaten maupun antar kategori wilayah. | id |