dc.description.abstract | Tanaman melinjo merupakan tanaman unggulan Provinsi Banten dengan produksi melinjo sebanyak 790 ton per tahun. Kabupaten Pandeglang memiliki bangunan khusus untuk memproduksi emping yang dinamakan Istana Emping yang didirikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan tujuan permukiman masyarakat padat karya. Namun hingga saat ini belum dapat beroperasi, sehingga diperlukannya perancangan industri emping melinjo pada skala industri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yang dimulai dari proses observasi lapang, wawancara, optimasi penggunaan minyak goreng menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) single factor dengan perlakuan berupa perbandingan emping dengan minyak goreng (1:10, 1:50), analisis terkait kelayakan usaha dan analisis kompetitor industri emping. Hasil analisis kelayakan usaha dan kompetitor menunjukkan bahwa perlakuan 1:10 adalah perlakuan yang paling efektif dan efisien yang dipilih untuk menjalankan industri emping. Selain strategis dari segi harga, perlakuan 1:10 juga dapat mengurangi penggunaan minyak goreng yang tinggi. Nilai NPV, IRR, PBP, dan BEP untuk perlakuan 1:10 dan 1:50 berturut-turut adalah sebesar Rp 8.044.555.904 dan Rp 8.424.699.074, 9,0 dan 9,41, 2,14 tahun dan 2,11 tahun, menghasilkan 298.990 dan 305.060 produk. Untuk nilai Net B/C ratio kedua perlakuan sama yaitu sebesar 2,38. Dari besaran harga produk 1:10 adalah Rp 7.799 sedangkan untuk harga produk 1:50 adalah Rp 8.032. Kata Kunci: kelayakan usaha, optimasi, produksi, scale up | id |