Pengembangan Ekstrak Keong Matah Merah (Cerithidea obtusa) sebagai Antikanker pada Sel Kanker Kolorektal WiDr
Date
2023-08Author
Dewa, Wisnu Jaka
Handharyani, Ekowati
Purwaningsih, Sri
Mariya, Silmi
Metadata
Show full item recordAbstract
Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit yang sulit untuk diobati. Berbagai macam terapi penyakit kanker telah dikembangkan sampai saat ini seperti operasi, radiasi, kombinasi obat kemoterapi, terapi hormon, dan lain-lain, namun belum juga berhasi menekan tingkat kematian yang tinggi dan adanya efek samping terapi yang bersifat fatal. Pengobatan yang tersedia dianggap belum efektif dalam menekan akifitas proliferasi, invasi dan metastasis sel kanker, sehingga perlu dicari alternatif pengobatan dengan bahan baku berasal dari negeri sendiri, bisa diperbanyak, mudah dibuat dan terkarakterisasi secara ilmiah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menetapkan tingkat keamanan ekstrak kerang matah merah sebagai antikanker melalui uji toksisitas subkronis ekstrak keong matah merah pada hewan coba kelinci NZ White, mengetahui potensi ekstrak keong laut matah merah sebagai antikanker melalui uji sitotoksisitas dan fragmentasi DNA terhadap sel kanker kolon WiDr, mengetahui potensi ekstak keong matah merah sebagai antikanker di tingkat molekuler melalui uji ekspresi gen BAX dan BCL-2 pada sel kanker kolon WiDr.
Penelitian ini terbagi atas tiga tahapan penelitian yaitu (1) Uji toksisitas subkronis ekstrak keong matah merah pada hewan coba kelinci NZ White, (2) Uji sitotoksisitas menggunakan MTT Assay dan fragmentasi DNA dengan pewarnaan Hoescth pada sel kanker kolorektal WiDr, dan (3) Uji ekspresi gen penanda apoptosis BAX dan BCL-2 pada sel kanker kolorektal WiDr menggunakan quantitative PCR. Kebaruan dari penelitian ini adalah informasi mengenai tingkat toksisitas subkronis ekstrak dan informasi dosis yang dapat memicu terjadinya apoptosis pada sel kanker kolorektal WiDr.
Uji toksisitas subkronis mengikuti prosedur yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2022. Hewan coba yang digunakan adalah kelinci New Zealand White (NZW) betina dengan usia 6 bulan dan bobot ± 2 kg. Penelitian ini menggunakan 7 kelompok perlakuan. Pemberian ekstrak dilakukan secara oral menggunakan sonde lambung. Pakan dan minum diberikan secara ad libitum. Bobot badan ditimbang satu kali setiap minggu. Tahap akhir setiap perlakuan hewan diambil darah untuk pemeriksaan hematologi dan biokimia darah. Hasil uji toksisitas subkronis terhadap kelinci NZW menunjukkan bahwa pemberian ekstrak keong matah merah tidak bersifat toksik subkronis terhadap kelinci berdasarkan tidak adanya pengaruh terhadap nafsu makan dan pertumbuhan bobot badan, tidak ada gejala klinis keracunan, profil hematologi (hemoglobin, hematokrit, eritrosit, leukosit) dan biokimia darah (SGPT, SGOT, ureum dan kreatinin) berada dalam kisaran nilai normal.
Aktivitas sitotoksik ekstrak keong laut matah merah diuji dengan menggunakan metode MTT Assay (3-(4,5-dimethylthiazol2,5-diphenyltetrazolium bromide). Ekstrak keong laut matah merah disiapkan sebanyak tujuh konsentrasi yaitu 1000, 500, 250, 125, 62.5, 31.25, 15.62, 7.81 ppm dan dilakukan tiga kali pengulangan terhadap masing-masing konsentrasi. Kontrol positif digunakan doksorubisin dan dibuat dengan lima konsentrasi yaitu 10, 5, 2.5, 1.25, 0.62 ppm. Kontrol negatif merupakan sel WiDr dan kultur media tanpa perlakuan sampel. Uji fragmentasi DNA dilakukan dengan pewarnaan Hoescht menggunakan ekstrak matah merah dengan konsentrasi 125, 62.5 dan 31.25 ppm. Ketiga konsentrasi dipilih berdasarkan uji MTT sebelumnya yang merupakan ambang batas konsentrasi toksik dan non toksik. Kontrol negatif berupa sel WiDr yang dikulturkan dengan media yang tidak berisi supernatan. Kontrol positif berupa sel WiDr yang sudah ditambahkan doksorubisin. Hasil uji sitotoksisitas ekstrak keong matah merah terhadap sel kanker kolorektal WiDr dengan menggunakan metode MTT assay menunjukkan bahwa ekstrak keong laut matah merah memiliki efek toksik dan mampu menghambat proliferasi sel WiDr dengan nilai IC50 36,28 µg/mL. Uji fragmentasi DNA dengan pewarnaan Hoescth menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak 125 ppm dan 62.5 ppm mampu memicu terjadinya apoptosis pada sel kanker WiDr yang ditandai oleh terjadinya fragmentasi DNA.
Pengukuran ekspresi gen BAX dan BCL-2 pada sel kanker kolon WiDr (ATCC CCL-218) yang diberi perlakuan ekstrak etanol keong matah merah konsentrasi 125, 62.5 dan 31.25 ppm dilakukan menggunakan quantitative polymerase chain reaction (qPCR). mesenggerRNA (mRNA) diisolasi dari sel WiDr menggunakan kit komersial. Konsentrasi mRNA kemudian diukur dengan spektrofotometer mikrovolume UV-Vis pada 260/280 nm. Ekspresi relatif BAX dan BCL-2 terhadap gen house keeping GAPDH dihitung menggunakan metode ΔΔCt. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspresi gen BAX meningkat 4.36, 4.77 dan 4.63 kali berturut-turut pada konsentrasi 125, 62.5 dan 31.25 ppm. Ekspresi gen BCL-2 menurun setelah perlakuan ekstrak etanol keong mata merah masing-masing sebesar 0.17, 0.16 dan 0.14 pada konsentrasi ekstrak 125, 62.5 dan 31.25 ppm, secara relatif, rasio BAX:BCL-2 juga meningkat. Hasil penelitian ini menunjukkan ekstrak keong laut mata merah berpotensi sebagai terapi alternatif pada penyakit kanker melalui induksi apoptosis pada sel kanker kolon WiDr dengan cara mengontrol ekspresi gen BAX dan BCL-2.
Collections
- DT - Veterinary Science [285]