Show simple item record

dc.contributor.advisorMachfud
dc.contributor.advisorSukardi
dc.contributor.advisorNoor, Erliza
dc.contributor.advisorPurnomo, Dwi
dc.contributor.authorAli, Puti Retno
dc.date.accessioned2023-08-15T14:26:42Z
dc.date.available2023-08-15T14:26:42Z
dc.date.issued2023-07-31
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/123957
dc.description.abstractBusiness practices from the 20th century are irrelevant in today's VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity) environment. VUCA represents the speed of change, unpredictability, complexity, and ambiguity situation in business. Volatility represents swift shifts, uncertainty entails an inability to foresee outcomes, complexity involves multifaceted considerations, and ambiguity signifies lack of clarity. Lean approaches, which prioritize efficiency, may fall short in dynamic, uncertain settings. Instead, agility is essential for organizations to adjust to new technology, customer needs, and market dynamics. Agility is both a mindset and method, emphasizing collaboration, continuous learning, and adaptability. Its adoption poses challenges due to entrenched structures and beliefs. The agile mindset embraces values like respect, courage, collaboration, and customer-centricity, necessitating a shift from traditional, schedule-driven approaches. Business agility enables swift responses to market changes, delivering value to customers. This study focuses on agro-industry's role and challenges in achieving business agility, particularly Indonesia's chicken meat sector. The agro-industry, especially downstream activities, boosts output and value, critical for food security, economic stability, and national well-being. The poultry sector, a subset, significantly contributes to the national economy through GDP (Gross Domestic Product) share and job creation. It drives industrial growth, meets protein demand, and links the food and processing sectors. Despite dominance by integrated players, small and medium actors participate too. Agro-industry encounters VUCA's rigid structures, bureaucracy, and change resistance. The chicken meat industry faces distinct obstacles like intricate supply chains, demand-supply imbalances, and oversupply challenges. Focusing on downstream segments, like processing, is vital to sustainability. This industry significantly impacts consumers, shaping affordable protein sources and staple foods, particularly in Indonesia. Hence, this research is developing a “BUSINESS AGILITY SYSTEM MODEL” for the chicken meat industry, which will form the basis reference for how a chicken meat business operates in a customer-oriented manner and act in business agility ways by focusing on the people's perspective. The main objectives were developed for three specific objectives that answer three research questions, namely: (1) To identify the VUCA situation experienced by the chicken meat industry, (2) To measure the current business agility index for the chicken meat industry, (3) To design the business agility model for the chicken meat industry, and (4) To develop the Agilist model for the chicken meat industry. This study analyzes the VUCA situation experienced in the chicken meat industry with rich picture. Developed Business Agility Index (BAI) self-asessment framework using analytical hierarchy process (AHP). Measurement of BAI adopted from the Lean, Agile, Resilient, and Agile (LARG) index method. Identification key challenges and enablers to achieving business agility using Interpretative Structural Model (ISM), and business agility system model development using business agility conceptual model from Soft System Methodology (SSM) results. This study succeeded in describing and providing an overview of the VUCA situation experienced by the chicken meat industry. The current BAI of the chicken meat industry has been measured. BAI is a metric that assesses an organization's ability to adapt and thrive in a fast-changing business environment. It considers factors like innovation, customer responsiveness, decision-making speed, and adaptability. To measure the BAI, a framework was created with four dimensions: operation agility, R&D agility, strategy agility, and transformation agility. Measurements show that the value of the 'Operational agility' dimension has the highest dimension for the small-medium industry and the 'R&D Agility' dimension has the highest dimension for the large industry. While 'transformation agility' has the lowest value for both. The business agility level for small-medium companies was lower than large companies. Internal challenges within companies stem from individuals and their thoughts, attitudes, perceptions, and communication styles. This research succeeded in identifying two internal challenges: “The difficulties in moving away from established ways of working” and “Challenging to shift the mindset from the prior state to a more agile.” To be able to stay exist, this research identify enablers to achieving business agility using ISM. The results showed that the enabler’s element “knowledge agility” and “management respond agility” as key drivers. The business agility system model has been successfully designed. This model clearly illustrates how the external environment affects business and forces businesses or organizations to transform into agile so that they have a response and adapt mechanism in their business to survive, or if they fail to transform, bad events will be fall their business or organization. The agilist model has been successfully designed. The agilist model is expected to be an illustration of the model for everyone in the organization to deal with the above problems. An agilist who has a mindset, and applies agile values and principles is a driving force for achieving business agility. The business agility system model in this study requires continuous simulation to incorporate new inputs not covered in the current model. The implementation of the business agility model in the chicken meat agro-industry was not conducted in this study due to require different time. Future research can focus on developing the implementation strategy for the business agility model. Additionally, since this model specifically pertains to the agro-industry in the chicken meat sector, there is an opportunity for future research to explore other agro-industrial sectors. This research opportunity addresses a significant research gap, as there is limited discussion on business agility in the agro-industrial sector, and it can contribute to the broader field of agro-industry.id
dc.description.abstractPraktik bisnis dari abad ke-20 tidak lagi relevan dalam lingkungan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity) saat ini. VUCA mencerminkan kecepatan perubahan, ketidakpastian, kompleksitas, dan situasi ambigu dalam dunia bisnis. Volatility menggambarkan pergeseran yang cepat, uncertainty melibatkan ketidakmampuan untuk memprediksi hasil, complexity melibatkan pertimbangan-pertimbangan yang rumit, dan ambiguity menandakan kurangnya kejelasan. Pendekatan Lean, yang mengutamakan efisiensi, mungkin tidak cukup dalam lingkungan yang dinamis dan tidak pasti. Sebaliknya, agilitas menjadi penting bagi organisasi untuk menyesuaikan diri dengan teknologi baru, kebutuhan pelanggan, dan dinamika pasar. Agile merupakan pola pikir dan metode yang menekankan kolaborasi, pembelajaran berkelanjutan, dan adaptabilitas. Penerapan agilitas memiliki tantangan karena struktur dan keyakinan yang sudah tertanam. Pola pikir agile mengadopsi nilai-nilai seperti rasa hormat, keberanian, kolaborasi, dan orientasi pada pelanggan, sehingga mengharuskan pergeseran dari pendekatan tradisional yang berfokus pada jadwal. Agilitas bisnis memungkinkan tanggapan yang cepat terhadap perubahan pasar, memberikan nilai kepada pelanggan. Penelitian ini berfokus pada peran dan tantangan agroindustri dalam mencapai agilitas bisnis, terutama sektor daging ayam di Indonesia. Agroindustri, khususnya aktivitas hilir memberikan produksi dan nilai, krusial untuk keamanan pangan, stabilitas ekonomi, dan kesejahteraan nasional. Sektor unggas, sebagai bagian dari agroindustri, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ekonomi nasional melalui PDB (Pendapatan Domestik Bruto) dan penciptaan lapangan kerja. Industri ini mendorong pertumbuhan industri, memenuhi permintaan protein, dan menghubungkan sektor pangan dan pengolahan. Meskipun dominasi oleh pemain terintegrasi, pelaku skala kecil dan menengah juga ikut serta. Agroindustri menghadapi struktur yang kaku, birokrasi, dan resistensi terhadap perubahan dalam lingkungan VUCA. Industri daging ayam menghadapi hambatan khusus seperti rantai pasok yang rumit, ketidakseimbangan penawaran dan permintaan, dan masalah kelebihan pasokan. Fokus pada segmen hilir, seperti pengolahan, menjadi penting untuk keberlanjutan. Industri ini memiliki dampak signifikan bagi konsumen, membentuk sumber protein terjangkau dan makanan pokok, khususnya di Indonesia. Oleh karena itu, tujuan utama penelitian ini adalah mengembangkan “BUSINESS AGILITY SYSTEM MODEL” untuk industri daging ayam, yang akan menjadi acuan bagaimana bisnis daging ayam beroperasi dengan berorientasi pada pelanggan dan bertindak dengan cara yang mengutamakan agilitas bisnis dengan memfokuskan pada perspektif orang-orang yang terlibat didalamnya. Tujuan utama dikembangkan untuk empat tujuan spesifik yang menjawab empat pertanyaan penelitian, yaitu: (1) Mengidentifikasi situasi VUCA yang dialami oleh industri daging ayam, (2) Mengukur indeks agilitas bisnis saat ini untuk industri daging ayam, (3) Mendesain model agilitas bisnis untuk industri daging ayam, dan (4) Mengembangkan model Agilist untuk industri daging ayam. Penelitian ini menganalisis situasi VUCA yang dihadapi dalam industri daging ayam dengan rich picture. Membangun framework penilaian diri Business Agility Index (BAI) menggunakan analytical hierarchy process (AHP). Pengukuran BAI diadopsi dari penilaian indeks Lean, Agile, Resilient, and Agile (LARG). Identifikasi tantangan utama dan pendorong untuk mencapai agilitas bisnis menggunakan Interpretative Structural Model (ISM), dan pengembangan Business Agility System Model, berdasarkan model konseptual agilitas bisnis dari hasil Soft System Methodology (SSM). Penelitian ini berhasil menjelaskan dan memberikan gambaran tentang situasi VUCA yang dialami oleh industri daging ayam. Nilai BAI industri daging ayam saat ini telah diukur. BAI adalah metrik yang menilai kemampuan organisasi untuk beradaptasi dan berkembang di lingkungan bisnis yang berubah dengan cepat. BAI mempertimbangkan faktor-faktor seperti inovasi, responsifitas pelanggan, kecepatan pengambilan keputusan, dan adaptabilitas. Untuk mengukur BAI, kerangka kerja dibuat dengan empat dimensi: agilitas operasional, agilitas R&D, agilitas strategi, dan agilitas transformasi. Pengukuran menunjukkan bahwa nilai dimensi 'Agilitas operasional' memilik dimensi tertinggi untuk perusahaan skala kecil-menengah dan dimensi ‘Agilitas R&D’ memiliki dimensi tertinggi untuk perusahaan skala besar. Sementara 'Agilitas transformasi' memiliki nilai terendah untuk ke duanya. Hasil akhir didapat bahwa nilai BAI untuk perusahaan skala menengah lebih rendah dibandingkan perusahaan besar. Penelitian ini juga berhasil mengidentifikasi dua tantangan internal: "Kesulitan untuk berpindah dari cara kerja yang terdahulu" dan "Tantangan dalam mengubah mindset dari keadaan sebelumnya menjadi lebih agile." Penelitian ini berhasil mengidentifikasi faktor pendorong untuk mencapai agilitas bisnis menggunakan ISM. Hasilnya menunjukkan bahwa "agilitas pengetahuan" dan "agilitas respon manajemen" sebagai faktor kunci pendorong. Business Agility System Model dalam penelitian ini telah berhasil dirancang. Model ini dengan jelas menggambarkan bagaimana lingkungan eksternal mempengaruhi bisnis dan memaksa bisnis atau organisasi untuk bertransformasi menjadi agile sehingga mereka memiliki mekanisme respons dan adaptasi dalam bisnis mereka untuk bertahan, karena jika mereka gagal bertransformasi, akan terjadi kejadian buruk dalam bisnis atau organisasi tersebut. Model agilist telah berhasil dirancang. Model agilist diharapkan menjadi gambaran model bagi semua orang di organisasi untuk menghadapi masalah di atas. Seorang agilist yang memiliki pola pikir dan menerapkan nilai dan prinsip agile sebagai pendorong untuk mencapai agilitas bisnis. Business Agility System Model dalam penelitian ini memerlukan iterasi terus-menerus untuk mendapatkan input baru yang tidak tercakup dalam model saat ini. Implementasi Business Agility System Model dalam agroindustri daging ayam tidak dilakukan dalam penelitian ini karena membutuhkan waktu yang lama. Penelitian masa depan dapat fokus pada mengembangkan strategi implementasi untuk model agilitas bisnis. Selain itu, karena model ini khususnya berkaitan dengan agroindustri dalam sektor daging ayam, ada peluang untuk penelitian masa depan mengeksplorasi sektor agroindustri lainnya.id
dc.language.isoenid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.titleA Business Agility Model of the Indonesian Chicken Meat Industryid
dc.title.alternativeModel Agilitas Bisnis Industri Daging Ayam Indonesiaid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordAgroindustryid
dc.subject.keywordAgilistid
dc.subject.keywordBusiness Agilityid
dc.subject.keywordSystem Modelid
dc.subject.keywordVUCAid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record