Strategi Pemanfaatan dan Perlindungan Gambut yang Lestari, Studi Kasus Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.
Date
2023Author
Turmudi
Saharjo, Bambang Hero
Prasetyo, Lilik Budi
Tjahjono, Boedi
Metadata
Show full item recordAbstract
Lahan gambut memiliki keterbatasan untuk dimanfaatkan, baik untuk
kepentingan pertanian maupun non pertanian. Pada kenyataannya lahan gambut
mendapatkan tekanan pemanfaatan yang masiv. Menyadari fungsi gambut yang
besar untuk lingkungan seperti, fungsi hidrologi, penyimpan karbon, tempat
tumbuh dan berkembangnya satwa dan tumbuhan endemik lainnya, maka
diperlukan strategi dalam pemanfaatan dan perlindungan gambut yang lestari.
Disertasi ini menyajikan strategi spasial dalam pemanfaatan dan
perlindungan gambut. Dalam pemanfaatan gambut, khususnya untuk pertanian dan
perkebunan dipilih lahan gambut yang sudah terdegradasi pada kawasan budidaya
dan memiliki nilai ekonomi. Komoditas pertanian dipilih yang adaptif terhadap
ekosistem gambut dengan mempertimbangkan arahan dari RTRW Kabupaten
Kepulauan Meranti.
Metode yang digunakan adalah integrasi analisis sistem informasi geografis
(SIG) dan penginderaan jauh (PJ). Analisis SIG digunakan dalam pengolahan data
untuk mengetahui sebaran dan keterkaitan antara penutup lahan, sebaran hotspot,
curah hujan, subsiden, lahan gambut, area kawasan budidaya dan lindung, dan
administrasi. Metode PJ digunakan dalam mengolah citra Landsat dan Sentinel 1A.
Pengolahan citra satelit Landsat dilakukan untuk mendapatkan data penutup lahan
khususnya semak belukar. Penutup lahan semak belukar digunakan sebagai
pendekatan dalam mengidentifikasi lahan gambut terdegradasi. Pengolahan citra
Sentinel 1 A dilakukan untuk mendapatkan data subsiden.
Langkah untuk mendapatkan optimalisasi pemanfaatan lahan gambut
terdegradasi adalah melalui analisis spasial antara data lahan gambut terdegradasi
dengan peta rencana tata ruang wilayah. Perlindungan gambut diupayakan melalui
pendekatan karakteristik hidrologi, data curah hujan, konservasi kubah gambut
(peat dome), pola distribusi hotspot dan penutup lahan, serta berbasis pada aspek
antropogenik.
Dalam pemanfaatan gambut terutama untuk pertanian dan perkebunan
dipilih lahan gambut yang sudah terlanjur terdegradasi pada kawasan budidaya,
untuk kepentingan pertanian yang bernilai ekonomi. Komoditas pertanian dipilih
yang adaptif terhadap ekosistem gambut, bernilai ekonomi, sesuai dengan arahan
peruntukan dari RTRW Kabupaten Kepulauan Meranti. Komoditas pertanian yang
sesuai: sagu, karet, pinang, dan kopi liberika. Melalui pendekatan antropogenik
dapat diketahui bahwa area yang dapat diakses karena ada jalan, lebih banyak
terjadi kebakaran dibandingkan dengan akses dengan sungai. Melalui pendekatan
karaktersistik hidrologi dapat diketahui bulan kering, sehingga akan dapat
melakukan penyekatan kanal pada waktu yang tepat. Laju pergerakan subsiden
dimanfaatkan untuk data masukan bagi perlindungan gambut. Pemantauan subsiden
dilakukan pada. tiga periode tahun yakni 2016 – 2017; 2017-2018; 2018-2019
dengan rentang kedalaman subsiden masing-masing 16,95 cm pada tahun 2016-
2017; 17,71 cm pada tahun 2017-2018, dan 13,19 cm pada 2018-2019). Rata-rata
rentang kedalaman subsiden pada tiga periode tersebut adalah 15,95 cm. sehingga
bila diperhitungkan sampai dengan tahun 2030 atau 11 tahun kedepan potensi akan
terjadinya rentang subsiden sebesar 1,75 meter.
Prediksi kondisi penutup lahan dilakukan dengan menggunakan CA Markov.
Hasil prediksi tahun 2030 menunjukkan bahwa semak belukar mengalaami
penurunan sebesar 2.471 ha dari luas semak belukar pada tahun 2019 (237.952,21
ha). Berdasarkan hasil prediksi penutup lahan melalui pendekatan CA Markov 11
tahun kedepan (2030), menunjukkan bahwa tidak ada penambahan luas semak
belukar (Gain 0 ha) dan mengalami pengurangan (Loss) sebesar 2.471 ha yang
berarti tidak ada penambahan area semak belukar, namun semak belukar
mengalami pengurangan luas sebesar 2.471 ha. Dengan demikian hasil prediksi luas
semak belukar pada tahun 2030 adalah luas semak belukar pada tahun 2019
(237.952,1 ha) berkurang seluas 2.471 ha menjadi 235.481,1 ha. Sedangkan
tanah/lahan terbuka mengalami penambahan (Gain) seluas 32 ha. Dengan demikian
hasil prediksi luas lahan terbuka pada tahun 2030 adalah luas lahan terbuka pada
tahun 2019 (9.562,8 ha) ditambah 32 ha menjadi 41,594,8 ha. Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut, luas lahan terdegradasi pada tahun 2030 menjadi 277.075,9
yang berasal dari semak belukar seluas 235,481,1 dan lahan terbuka seluas 41.594,8
ha. Dengan demikian selama periode tahun 1999 sampai dengan 2030 secara total
lahan terdegradasi mengalami penurunan seluas 2.439 ha. Dengan terjadinya
penurunan luas lahan terdegradasi terdapat kecenderungan usaha perlindungan dan
optimalisasi lahan gambut mengalami perbaikan.
Strategi untuk pemanfaatan dilakukan dengan 1) memanfaatkan lahan
gambut yang terdegradasi di Kawasan budidaya untuk budidaya komoditas
tanaman yang adaptif terhadap lahan gambut; 2) Melakukan monitoring terhadap
lahan terdegradasi dan prediksinya hingga tahun 2030; 3) Melakukan menitoring
terhadap subsiden yang terjadi di lahan gambut.
Kebaruan yang diberikan dalam disertasi ini adalah integrasi analisis biofisik
dengan pendekatan secara spasial dan multi temporal. Pendekatan yang digunakan
dalam strategi pemanfaatan dan perlindungan ini tetap memperhatikan kawasan
budidaya dan kawasan lindung serta dapat digunakan sebagai alat monitoring dan
evaluasi untuk pemutakhiran RTRW secara berkala.