Show simple item record

dc.contributor.advisorPasaribu, Fachriyan Hasmi
dc.contributor.advisorMulatsih, Sri
dc.contributor.advisorAmin, Akhmad Arif
dc.contributor.authorHidayat, Rahmat
dc.date.accessioned2023-08-07T05:47:44Z
dc.date.available2023-08-07T05:47:44Z
dc.date.issued2023-08-07
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/123158
dc.description.abstractPeternakan ayam baik ras petelur maupun pedaging merupakan populasi ternak terbanyak dan menjadi salah satu sumber utama protein hewani di Indonesia. Populasi ayam ras pedaging di Indonesia sampai tahun 2022 tercatat 3.168.325.176 ekor, dan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Antibiotik selain digunakan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit pada peternakan ayam, juga sebagai feed additive untuk memacu pertumbuhan. Penggunaan antibiotik yang kurang bijak menjadi salah penyebab meningkatnya resistansi antimikroba (AMR). Resistansi terhadap antibiotik ditandai dengan meningkatnya jumlah kegagalan antibiotik dalam mencegah pertumbuhan atau membunuh bakteri. Bakteri Klebsiella adalah salah satu flora normal pada unggas yang mengalami resistansi antibiotik. Hal ini diperkuat dengan adanya laporan tentang kejadian resistansi oleh bakteri Klebsiella di berbagai negara yang cukup tinggi. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit bakterial yang menyerang ternak kecil, ternak besar dan unggas. Penelitian untuk mencegah meningkatnya resistansi antibiotik dapat dilakukan dengan mengganti imbuhan (feed additive) pada pakan ayam yang masih jarang dilakukan. Salah satu imbuhan pakan sebagai pengganti antibiotik adalah imunoglobulin Y (IgY) yang masih memerlukan banyak penelitian untuk mengetahui potensi dan keberlanjutannya. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan Klebsiella sp dari peternakan ayam, membuat pakan fomulasi IgY dan analisis keberlanjutannya. Isolat Klebsiella sp dari ayam dan kandang diidentifikasi dengan uji identifikasi bakteri secara konvensional meliputi kultur pada Agar MacConkey, kultur pada Agar eosin-methylene blue, pewarnaan Gram, uji pada Agar triple sugar iron, uji indol, uji motilitas, uji methyl red, uji Voges-Proskauer, uji sitrat, dan uji urease. Metode yang digunakan untuk uji resistansi antibiotik pada Klebsiella sp adalah uji difusi cakram metode Kirby-Bauer pada agar MuellerHinton. Hasil yang diperoleh adalah isolat Klebsiella sp sebanyak 10% dari total sampel ayam dan 9,52% dari total sampel kandang. Hasil lainnya adalah 95% isolat Klebsiella sp dari ayam dan 100% isolat dari kandang telah resistan pada salah satu atau beberapa antibiotik. Uji pakan formulasi IgY anti Klebsiella sp dan potensinya dalam pencegahan penyakit akibat infeksi Klebsiella sp., diperoleh hasil bahwa pada kelompok ayam yang diberikan pakan mengandung IgY dalam kuning telur (baik kelompok 10% atau 20%), menunjukkan perilaku yang normal, sehat, makan lebih banyak, feses kering. Kelompok ayam kontrol yang tidak diberi pakan mengandung IgY, menunjukkan perilaku yang tidak normal, gerak kurang lincah, napsu makan berkurang, dan feses basah. Tidak ada ayam yang mati baik dari kelompok perlakuan maupun kontrol. Hasil uji respon non spesifik (Clearance test) menunjukkan 8 (delapan) ekor ayam perlakuan isolat resistan (kode 8.7) bernilai baik (100%), sedangkan pada kelompok isolat sensitif (kode 30) ada 2 (dua) dari 8 (delapan) ekor ayam perlakuan tidak mencapai nilai baik (25%). Keberlanjutan penggunaan imbuhan IgY sebagai pengganti antibiotik pada pakan ayam dianalisis dengan metode MDS (multi dimension scaling) menggunakan 5 (lima) dimensi, yaitu (1) dimensi ekologi, (2) dimensi ekonomi, (3) dimensi sosial, (4) dimensi kelembagaan dan (5) dimensi teknologi. Tingkat keberlanjutan diukur dari kondisi eksisting masing-masing dimensi dibandingkan dengan nilai maksimumnya, atau bernilai antara 0 sampai 100%. Nilai keberlanjutan dikategorikan menjadi: (a) 0%-25% = tidak berkelanjutan, (b) 26%- 50% = kurang berkelanjutan; (c) 51%-75% = cukup berkelanjutan; dan (d) 76%- 100% = berkelanjutan. Hasil analisis multidimensi (MDS) menunjukkan bahwa tingkat keberlanjutan penggunaan IgY adalah sebesar 66,49 % dengan kategori cukup berkelanjutan. Insidensi Klebsiella sp sebanyak 6 (enam) isolat (10%) dari total sampel ayam dan 2 (dua) isolat (9,52%) dari total sampel kandang. Adapun tingkat resistansi Klebsiella sp asal hewan terhadap kloramfenikol sebanyak 1 (satu) isolat (16,67%), sedangkan kedua isolat Klebsiella sp asal kandang semuanya sensitif. Hasil penelitian berikutnya didapatkan sebanyak 38 isolat (95%) Klebsiella sp dari ayam telah resistan pada salah satu atau beberapa dari 14 jenis antibiotik yang diuji. Pemberian IgY sebagai imbuhan pada pakan berpotensi membantu respon tubuh ayam menangkal infeksi bakteri Klebsiella sp dan hasil analisis multidimensi (MDS) menunjukkan bahwa tingkat keberlanjutan penggunaan IgY sebagai imbuhan pengganti antibiotik pada pakan adalah sebesar 66,49% dengan kategori cukup berkelanjutan. IgY ini memiliki tingkat keamanan yang lebih baik bagi masyarakat dan lingkungan dibandingkan antibiotik, serta produksinya yang lebih mudah dan cepat.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.titleAnalisis Keberlanjutan Penggunaan Imunoglobulin Y (IgY) Anti Klebsiella sp sebagai Imbuhan Pengganti Antibiotik pada Pakan Ayamid
dc.title.alternativeAnalysis of Sustainability of Use of Anti Klebsiella sp Immunoglobulin Y (IgY) as Antibiotic Substitute Additive in Chicken Feedid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordAntibioticsid
dc.subject.keywordfeedid
dc.subject.keywordimmunoglobulin Y (IgY)id
dc.subject.keywordKlebsiella spid
dc.subject.keywordresistanceid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record